Epilog: Melampaui Kata-kata
Catatan Terakhir dari Meja Kerja yang Kini Sunyi
Ditulis pada pukul 23:45 - tepat waktu deadline yang selalu ayah patuhi
Menulis epilog ini terasa seperti mengucapkan selamat tinggal untuk kedua kalinya. Namun kali ini, aku memilih untuk tidak mengakhirinya dengan kata perpisahan. Sebab sejatinya, kisah seorang wartawan tangguh tak pernah benar-benar berakhir. Ia hidup dalam setiap kata yang pernah ia tulis, dalam setiap berita yang pernah ia liput, dan dalam setiap inspirasi yang ia tinggalkan.
Warisan yang Tak Ternilai
Ayah,
Kau mungkin telah pergi, tapi warisanmu mengalir dalam setiap tinta yang kutumpahkan.
Dalam setiap puisi yang kulantunkan.
Dalam setiap cerita yang kurangkai.
Dalam setiap prestasi yang kuraih.
Buku "Aku Akan Tetap Menjadi Puteri Kecilmu" bukanlah akhir,