"Jaga diri ya, jangan menangis saat aku pergi, nanti aku berat untuk pergi, cukup tersenyum, maka aku tidak akan khawatir meninggalkan kalian, hidup dan mati mas, tuhan yang tentukan, kalian bantu doa saja," ucap Yos panjang lebar lalu mencium kening Siti. "Jaga diri ya sayang, tunggu mas kembali."
Yos mulai menaiki kapal, melihat istrinya yang cantik tersenyum lebar sambil melambaikan tangan padanya, padahal ia tau, istrinya menahan tetesan air mata agar tidak turun ke pipinya, membiarkan suaminya pergi tanpa rasa khawatir.
***
Tiga bulan kemudian, Siti menelpon Yos pada malam hari, sekedar bertukar kabar, karna di lautan sana susah sekali sinyal, besok Yos akan menyelam dengan kapal selam, milik TNI AL. Semua doa yang ia tahu ia hafalkan untuk keselamatan suaminya, setiap saat. Paginya ia berjalan jalan diasrama, sekedah berolah raga sambil menyapa tetangga sekitar, saat sampai dirumah, ia segera membersihkan pakaiannya, dan memasak, sangat sepi, berbeda sebelum kepergian Yos. Ia menyalakan televisi, lalu yang ia kagetkan adalah, kapal selam yang tenggelam akibat tembakan rudal laut dari negara musuh. Siti mengamati kapal selam tersebut, ternyata itu adalah kapal selam yang suaminya naiki.
"Kapal selam tersebut sudah berhasil ditemukan, namun sayangnya semua penumpang didalamnya meninggal dunia," mata Siti memanas, setelah mendengar pembawa acara tersebut. "berikut nama nama korban dari tenggelamnya kapal selam Niaga 110," dengan sigap Siti membaca nama nama tersebut, sambil berharap tidak ada nama suaminya disana.
Matanya basah ketika membaca nama 'Kolonel Yosaphat Sudarso' hatinya sangat hancur membaca nama tersebut. Sitipun bergegas pergi menuju pelabuhan tempat terakhir mereka bertemu.
Berdiri ditengah-tengah lapangan kosong pelabuhan.
"Mas, kemarin kamu janji akan kembali, kemarin kamu bilang mau menemani anak kita, kamu sudah janji itu semua sama aku, tapi nyatanya kamu ga akan pernah kembali kerumah, tidak akan ada lagi ucapan selamat malam darimu, kamu mengingkari janji itu, tapi satu hal yang aku banggakan dari mu, kamu mengorbankan nyawamu demi negara, bangsa ini, kamu pahlawan, kamu berhasil memenuhi semua sumpahmu pada negara, selamat jalan mas, aku tahu ini berat, tapi akan aku coba jalani semuanya tanpamu," Siti terduduk lemas setelah mengatakan itu, membiarkan airmatanya mengering dipipinya sebelum akhirnya pingsan ditengah lapangan pelabuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H