Mohon tunggu...
Riswan Firmansyah
Riswan Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa aktif UPI

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Filsafat Perbandingan Olahraga dan Seni BAB 10

26 Juli 2024   08:57 Diperbarui: 8 Agustus 2024   11:25 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada umumnya, mayoritas individu menjalani kehidupan yang relatif lebih memuaskan. Sejumlah aktivitas yang dilakukan untuk mencari nafkah merupakan aktivitas yang juga dapat dinikmati, dan beberapa di antaranya menghasilkan pendapatan yang melebihi kebutuhan hidup dasar, sehingga memungkinkan individu untuk mengeksplorasi kegiatan-kegiatan lain yang bermakna.

Pada bab penutup karya The Grasshopper Suits, diajukan pertanyaan mengenai kontribusi permainan terhadap makna eksistensial manusia. Suits menyatakan bahwa bermain permainan merupakan suatu "keberadaan ideal"---salah satu dari aktivitas-aktivitas "yang menjadi tujuan kita melakukan hal-hal lain, namun aktivitas tersebut tidak dilakukan demi tujuan lain" (Suits, 2005, hal. 149). Menurut Suits, individu bermain permainan semata-mata karena keinginan intrinsik; aktivitas bermain pada dasarnya merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan, sehingga menjadikan permainan sebagai elemen yang sangat signifikan dalam kehidupan manusia

Lebih lanjut, Suits berpendapat bahwa bermain permainan merupakan satu-satunya aktivitas yang secara intrinsik memberikan kepuasan: permainan dianggap sebagai "keseluruhan cita-cita keberadaan" (Suits, 2005, hal. 154). Suits berpendapat bahwa seluruh aktivitas lainnya dilakukan semata-mata karena tuntutan kebutuhan praktis.

Suits mengajukan argumen yang valid mengenai pentingnya keterlibatan individu dalam aktivitas-aktivitas yang dinikmati demi nilai intrinsiknya. Dapat diilustrasikan seorang petani yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang semata-mata bertujuan memperoleh nilai instrumental: individu ini menanam untuk menuai, menuai untuk menjual hasil panen, menjual untuk memperoleh uang guna membeli lebih banyak benih, kemudian menggunakan benih tersebut untuk memulai kembali siklus tersebut. Siklus ini berulang terus-menerus dalam suatu proses yang tidak berujung, di mana tidak ada satu pun aktivitas yang dinilai semata-mata berdasarkan kepuasan intrinsik yang diberikannya. Eksistensi yang hanya terdiri dari elemen-elemen instrumental semacam ini berpotensi menjadi kehidupan yang kurang memuaskan, bahkan dapat dipertanyakan kelayakannya untuk dijalani.

Berdasarkan pemikiran ini, Suits mengembangkan konsep Utopia sebagai suatu parameter evaluatif untuk menilai nilai intrinsik suatu aktivitas. Dalam kerangka evaluasi Utopia, suatu aktivitas yang dapat bertahan dalam kondisi Utopia dianggap memiliki nilai intrinsik, sementara aktivitas yang tidak bertahan dinilai kurang memiliki nilai intrinsik. Aktivitas bermain permainan, sebagai contoh, memenuhi kriteria evaluasi Utopia, dan hal ini dapat dipahami mengingat nilai intrinsiknya yang melekat pada aktivitas tersebut.

Aktivitas bermain permainan tetap relevan dalam konteks Utopia karena permainan bukan merupakan instrumen untuk menghasilkan produk yang bermanfaat, melainkan suatu tujuan dalam dirinya sendiri, dengan objektif utama berupa kesenangan yang diperoleh dari proses bermain. Konsekuensinya, aktivitas bermain permainan tidak dapat digantikan dengan penggunaan "tombol kepuasan" untuk memperoleh hasil akhir secara instan. Untuk memperoleh esensi yang ditawarkan oleh permainan---yakni kegembiraan dalam proses bermain---aktivitas tersebut harus tetap dilakukan, bahkan dalam konteks Utopia. Aktivitas bermain permainan tetap relevan dalam Utopia karena nilai intrinsiknya melekat pada proses aktivitas itu sendiri.

Menurut Suits, permainan tidak hanya memiliki signifikansi dalam kehidupan manusia, tetapi juga memiliki keunikan yang tidak tergantikan. Bagaimana Suits mengembangkan perspektif yang dapat dianggap ekstrem ini? Argumentasi Suits didasarkan pada suatu eksperimen pemikiran yang melibatkan konsep imajiner Utopia---suatu keadaan di mana "seluruh aktivitas instrumental manusia telah dieliminasi", dan tenaga kerja manusia telah sepenuhnya digantikan oleh sistem mesin otomatis yang dioperasikan melalui "telepati mental" (Suits, 2005, hal. 149).

Konsep fundamental dari pemikiran ini dapat diinterpretasikan sebagai berikut: dalam konteks Utopia, setiap keinginan yang dimiliki individu dapat segera terpenuhi melalui aktivasi mental sederhana---yang dapat dianalogikan sebagai "tombol kepuasan". Dalam paradigma Utopia, aktivitas instrumental---yaitu aktivitas yang dilakukan semata-mata sebagai sarana untuk mencapai tujuan praktis---menjadi redundan, dikarenakan adanya alternatif yang lebih efisien berupa aktivasi mental sederhana.

Berdasarkan argumentasi Suits, di dalam Utopia, individu hanya akan terlibat dalam aktivitas yang memiliki nilai intrinsik---kegiatan yang memberikan kesenangan atau bermanfaat secara inheren. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, individu cenderung mengalokasikan pendapatan berlebih mereka untuk aktivitas-aktivitas yang menyenangkan, seperti bersantap di restoran, membudidayakan tanaman eksotis, atau melakukan perjalanan wisata. Selain itu, terdapat berbagai aktivitas yang secara intrinsik bermanfaat dan tidak memerlukan biaya, seperti mengunjungi pantai, mengajak hewan peliharaan berjalan-jalan, atau mengamati burung. Aktivitas-aktivitas yang disukai individu, terlepas dari kegunaannya secara praktis, berperan penting dalam menjadikan kehidupan layak untuk dijalani. Kegiatan-kegiatan tersebut berfungsi mengurangi kebosanan yang mungkin timbul dari siklus aktivitas instrumental yang tiada akhir.

Suits melanjutkan analisisnya dengan mengkaji serangkaian aktivitas lain yang umumnya dianggap memiliki nilai intrinsik, seperti melakukan penelitian ilmiah, berhubungan seksual, melakukan perbuatan baik, upaya pengembangan diri, keterlibatan dalam seni, dan berfilsafat. Dengan mengaplikasikan parameter Utopia, Suits menyimpulkan bahwa tidak satu pun dari aktivitas-aktivitas tersebut memiliki nilai intrinsik karena tidak ada yang bertahan dalam kondisi Utopia.

Namun, kesimpulan ini hanya valid jika setiap aktivitas bersifat instrumental atau secara intrinsik berharga, dan tidak pernah keduanya secara bersamaan. Suits sendiri tidak pernah secara eksplisit membela klaim ini, dan bahkan menunjukkan bahwa jika suatu aktivitas telah diidentifikasi memiliki karakter instrumental, masih terdapat kemungkinan adanya "sudut pandang" yang secara intrinsik juga bernilai (Suits, 2005, hal. 155).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun