A. Konsep Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Definisi dan Karakteristik PBL
    Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) adalah pendekatan pedagogis yang menekankan keterlibatan aktif siswa dalam memecahkan permasalahan nyata. Menurut Sukmadinata (2019), PBL mengajak siswa untuk belajar secara mandiri dan kolaboratif, di mana mereka dituntut untuk menemukan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Karakteristik utama PBL mencakup penggunaan masalah sebagai titik awal pembelajaran, pengembangan keterampilan berpikir kritis dan analitis, serta penekanan pada pembelajaran kooperatif. Dalam konteks ini, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima informasi, melainkan juga sebagai partisipan aktif dalam proses pembelajaran, yang dapat meningkatkan keterlibatan dan motivasi mereka.
    PBL juga memiliki beberapa elemen penting, seperti pengidentifikasian masalah, pengumpulan informasi, analisis data, serta presentasi solusi. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, seperti analisis, sintesis, dan evaluasi (Sukmadinata, 2019). Melalui PBL, siswa diajak untuk berpikir kreatif dan kritis, yang sangat penting di era digital saat ini, di mana informasi dapat diakses dengan mudah, tetapi kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi informasi tersebut menjadi sangat krusial.
    Sebagai contoh, dalam mata pelajaran IPA kelas VI, siswa dapat diberikan studi kasus nyata mengenai listrik. Mereka kemudian dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil untuk meneliti tentang listrik, mulai dari penyebab mati lampu dan dampaknya serta cara menghemat listrik. Dalam proses ini, siswa tidak hanya belajar tentang teori, tetapi juga mengembangkan keterampilan penelitian, analisis data, dan presentasi. Dengan cara ini, PBL tidak hanya menjadikan pembelajaran lebih menarik, tetapi juga relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
2. Sejarah dan Perkembangan PBL
    Sejarah PBL bermula pada akhir tahun 1960-an di Fakultas Kedokteran McMaster University, Kanada, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan klinis mahasiswa kedokteran melalui pengalaman belajar yang lebih praktis dan kontekstual. Sejak saat itu, pendekatan ini telah berkembang dan diadopsi di berbagai disiplin ilmu, termasuk pendidikan teknik, sains, dan humaniora. PBL kini menjadi salah satu model pembelajaran yang paling banyak diteliti dan diterapkan di seluruh dunia (Sukmadinata, 2019).
    Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga telah mempengaruhi implementasi PBL. Dengan adanya media digital, siswa kini dapat mengakses berbagai sumber informasi dan berkolaborasi secara daring, yang memperluas kemungkinan dalam menyelesaikan masalah. Hal ini menunjukkan bahwa PBL tidak hanya relevan dalam konteks pendidikan tradisional, tetapi juga sangat sesuai dengan kebutuhan pendidikan di era digital saat ini.
    Sebagai contoh, penggunaan platform pembelajaran daring seperti Google Classroom atau Microsoft Teams memungkinkan siswa untuk berkolaborasi dalam proyek PBL meskipun mereka tidak berada di lokasi yang sama. Mereka dapat berbagi dokumen, berdiskusi melalui forum, dan bahkan melakukan presentasi secara virtual. Ini menunjukkan bahwa PBL dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman dan tetap relevan dalam konteks pendidikan modern.
B. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
1. Pengertian dan Pentingnya Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
    Keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills, HOTS) mencakup kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan informasi baru berdasarkan pemahaman yang mendalam. Yulianti (2018) menekankan bahwa HOTS sangat penting dalam pendidikan, karena kemampuan ini memungkinkan siswa untuk menghadapi tantangan kompleks di dunia nyata. Di era digital, di mana informasi dapat dengan mudah diakses dan disebarluaskan, keterampilan berpikir tingkat tinggi menjadi sangat penting untuk membantu siswa memilah informasi yang relevan dan membuat keputusan yang tepat.