Keterampilan berpikir kritis dan kreatif menjadi sangat penting dalam pengolahan dan pemanfaatan informasi tersebut. Sebuah survei oleh World Economic Forum (2020) mengungkapkan bahwa 85% pekerjaan yang akan ada pada tahun 2030 belum ada saat ini, yang menuntut individu untuk memiliki keterampilan adaptif dan inovatif. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya harus berfokus pada pengetahuan akademis, tetapi juga pada pengembangan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja yang terus berubah. Contohnya, profesi yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi, seperti pengembang perangkat lunak dan analis data, memerlukan keterampilan berpikir kritis yang tinggi untuk berinovasi dan memecahkan masalah kompleks.
    Pendidikan memiliki peran sentral dalam pengembangan keterampilan ini. Kurikulum pendidikan di seluruh dunia mulai beradaptasi untuk memasukkan elemen yang mendorong siswa berpikir kritis dan kreatif. Ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang ingin mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk menerapkan metode pembelajaran yang efektif dalam mencapai tujuan tersebut. Dalam konteks ini, pendekatan pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning/PBL) menjadi salah satu metode yang menjanjikan.
    Salah satu model pembelajaran yang terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). PBL adalah pendekatan yang menempatkan siswa dalam situasi nyata yang memerlukan pemecahan masalah. Dalam PBL, siswa dihadapkan pada masalah yang relevan dengan kehidupan mereka, yang mengharuskan mereka untuk berpikir kritis dan kreatif dalam mencari solusinya. Melalui PBL, siswa tidak hanya mempelajari konsep-konsep teoritis, tetapi juga berlatih menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks yang relevan dan praktis. Hidayati (2021) menjelaskan bahwa PBL dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar, yang pada gilirannya berdampak positif terhadap hasil belajar mereka. Misalnya, dalam penelitian yang dilakukan di beberapa sekolah dasar, siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah menunjukkan peningkatan signifikan dalam kemampuan analisis dan evaluasi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
    PBL juga mendorong kolaborasi antar siswa, di mana mereka bekerja sama untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Kurniawan dan Fitriani (2020) menunjukkan bahwa kolaborasi dalam konteks PBL dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan kerja sama di antara siswa. Dalam proses ini, siswa belajar untuk mendengarkan pendapat orang lain, berargumen secara logis, dan menyepakati solusi terbaik. Sebagai contoh, dalam proyek kelompok yang mengharuskan siswa merancang solusi untuk masalah lingkungan di sekitar mereka, siswa tidak hanya belajar tentang isu-isu lingkungan tetapi juga meningkatkan keterampilan sosial mereka. Dengan demikian, PBL tidak hanya fokus pada pengembangan kognitif, tetapi juga aspek sosial yang penting dalam perkembangan siswa di era digital ini.
    Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana PBL dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Penelitian ini akan memberikan wawasan tentang efektivitas PBL dalam konteks pendidikan saat ini, serta memberikan rekomendasi bagi pendidik untuk mengimplementasikan model ini dalam pembelajaran sehari-hari. Dalam konteks ini, penting untuk menyelidiki bagaimana PBL dapat diterapkan secara efektif di berbagai tingkat pendidikan, dari sekolah dasar hingga pendidikan tinggi. Selain itu, penelitian ini juga akan mempertimbangkan bagaimana faktor-faktor seperti motivasi siswa, dukungan dari guru, dan sumber daya yang tersedia dapat mempengaruhi keberhasilan penerapan PBL.
B. Rumusan Masalah
    Rumusan masalah dalam penelitian ini berfokus pada satu pertanyaan utama: Bagaimana PBL dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa? Pertanyaan ini penting untuk dijawab mengingat tantangan yang dihadapi siswa di era digital yang memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. PBL menawarkan pendekatan yang berbeda dari metode pembelajaran konvensional, yang sering kali hanya mengandalkan pengajaran langsung dan hafalan. Dalam konteks ini, penting untuk mengeksplorasi berbagai aspek dari PBL, termasuk bagaimana situasi nyata yang dihadapi siswa dapat memicu pemikiran kritis dan kreatif.
    Sebagai contoh, dalam sebuah studi yang dilakukan di SDN Majalengka Wetan VIII, siswa yang terlibat dalam proyek PBL tentang pengembangan aplikasi untuk membantu masyarakat setempat menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kemampuan berpikir kritis mereka. Mereka tidak hanya belajar cara mengembangkan aplikasi, tetapi juga harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna, melakukan riset pasar, dan mengevaluasi solusi yang mereka tawarkan. Ini menunjukkan bahwa PBL tidak hanya meningkatkan pengetahuan teknis siswa, tetapi juga keterampilan berpikir kritis yang sangat diperlukan dalam dunia kerja saat ini.
    Selain itu, penelitian ini juga akan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi efektivitas PBL, seperti motivasi belajar siswa dan lingkungan pembelajaran. Sebuah lingkungan yang mendukung, di mana siswa merasa aman untuk berbagi ide dan berkolaborasi, dapat meningkatkan efektivitas PBL. Misalnya, dalam kelas yang menerapkan PBL, siswa yang merasa didukung oleh guru dan teman sekelas mereka cenderung lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi dan kegiatan kelompok. Dengan memahami hubungan antara PBL dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, diharapkan dapat ditemukan strategi yang lebih efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
C. Tujuan Penelitian
    Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dampak PBL terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang efektivitas PBL dalam konteks pendidikan, serta memberikan rekomendasi bagi pendidik dan pengambil kebijakan dalam merancang kurikulum yang lebih responsif terhadap kebutuhan siswa di era digital. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat ditemukan bahwa PBL tidak hanya meningkatkan kemampuan kognitif siswa, tetapi juga memfasilitasi pengembangan keterampilan sosial dan emosional yang penting.
    Dalam konteks ini, penting untuk mengeksplorasi bagaimana PBL dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum yang ada, serta tantangan yang mungkin dihadapi oleh pendidik dalam menerapkan metode ini. Misalnya, beberapa guru mungkin merasa kurang percaya diri dalam menerapkan PBL karena kurangnya pelatihan atau pengalaman. Oleh karena itu, penelitian ini juga akan memberikan rekomendasi tentang pelatihan yang diperlukan untuk mendukung guru dalam mengimplementasikan PBL secara efektif.
    Dengan demikian, hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pengembangan model pembelajaran yang lebih inovatif dan relevan dengan kebutuhan zaman. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam bidang pendidikan, terutama dalam konteks penerapan PBL sebagai metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa di era digital. Dalam kesimpulan, penting untuk menekankan bahwa pendidikan yang berkualitas harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan kebutuhan siswa, serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan di masa depan.
TINJAUAN PUSTAKA