"Apa kau sudah berteriak, sekarang kan kamu sudah di puncak gunung?." Tanya pak Gunawan itu.
"Aku ingin berteriak, apakah boleh aku berteriak di sini saja?." Tanyaku.
"Silakan, lagi pula di sini hanya ada bapak seorang." Katanya.
Aku berdiri di samping bapak itu dan berteriak bahwa.
"Aku merindukanmu Aji...."
"Aku rinduuuu...."
Pak Gunawan batuk, aku melirik ke arahnya. Kemudian ia bertanya.
"Aji mana yang kau maksud, anak bapak juga namanya Aji?." Tanyanya sambil tertawa.
"Hm bapak tak mungkin tahu." Kataku.
"Bolehlah bapak jodohkan dengan anak bapak karena sama-sama bernama Aji. Ia pria baik loh." Katanya sambil tertawa.
"Hm tidaklah pak, tapi hatiku sudah lega sekarang. Puing-puing rindu sudah aku ucapkan di atas gunung ini." Kataku.