"Ia sahabat bapak sampai sekarang. Jika di lihat-lihat kamu mirip sekali dengan bapakmu. Kamu masih ingat kita pernah bertemu di mal itu?." Tanyanya.
"Apa tujuanmu mendaki gunung ini?." Tanyanya lagi.
"Oh iya pak aku masih ingat, bapak yang memberikan dodol kepadaku. Pak Gunawan ya. Tujuanku mendaki itu, sejujurnya aku sedang rindu seseorang. Dan entah mengapa aku ingin naik gunung dan berteriak bahwa aku sangat merindukannya." Kataku.
"Memang siapa sosok yang kamu rindukan?." Tanyanya.
"Ia seseorang yang aku cintai. Namun ia menjauhiku. Ia menjauhiku karena akan melanjutkan pendidikannya. Aku sangat merindukannya pak." Aku bercerita jujur.
"Nak, tenang saja. Yakinlah pada ketetapan Tuhan. Jika kamu merindukan seseorang segera doakan orang itu. Atau ajak bertemu saja." Katanya sambil tersenyum.
"Tak mungkin aku mengajaknya bertemu, aku kan wanita pak. Ia juga entah di mana sekarang." Kataku.
"Memang ya semua wanita punya gengsi yang tinggi." Katanya sambil tertawa.
"Memang iya pak, ya namanya juga wanita." Kataku sambil tertawa.
"Ya sudah, saya duluan ya. Semoga hatimu lega setelah berteriak di atas gunung sana." Katanya sambil menepuk bahuku.
"Iya pak, semoga." Kataku.