Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Al Qamah

3 September 2024   04:45 Diperbarui: 3 September 2024   11:32 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mendapatkan laki-laki yang penuh kasih sayang. Ia lelaki yang sungguh-sungguh dalam memegang setiap kata-katanya.
Wajahnya tak pernah kering sekalipun ditempa terik matahari. Tak pernah lepas dari air wudlunya. Bibirnya selalu basah dengan doa-doa. Dan nama istrinyalah yang selalu ia sebut. Tak pernah ditinggalkannya. Keningnya tak pernah lepas dari sajadah. Tangannya selalu ringan membantu orang-orang yang kesusahan.

Setiap pulang dari pasar, di tangannya selalu ada bingkisan untuk istri tercinta. Setiap pulang kenduri, selalu saja ada yang dibawanya untuk perempuan yang dikasihinya. Selalu dan selalu. Bahkan, dimana pun ia selalu menyebut istrinya sebagai perempuan istimewa dalam hidupnya. Sebagai buktinya, ia akan selalu memenuhi permintaan sang istri. Lihatlah, betapa banyak perhiasan melingkar di tangan, leher, juga jemari istrinya. Sungguh, benar-benar seorang istri yang beruntung.

Suatu ketika, terdengar ketukan dari pintu rumahnya dibarengi ucapan salam. Keduanya saling pandang. Kemudian, bergegaslah sang suami menyongsong tamu tak diundang itu.
Pintu dibuka.

"Wa'alaikumsalam. Masuklah, sebelum hawa dingin menyergap dan menyekap tubuhmu dalam kesakitan, masuklah," sambut sang tuan rumah.

Tamu lelaki itu pun masuk. Di ruang tamu, ia disambut dengan perabot yang serba mewah. Dindingnya penuh hiasan indah. Ada ukiran, ada pula gerabah berukir, juga meja-meja kayu yang tampak mewah.

"Sebentar, aku mintakan istriku membuatkanmu minuman hangat, sebelum tubuhmu menggigil kedinginan. Aku tak mau kau sakit hanya karena tidak aku layani dengan baik," gurau sang tuan rumah.

Tamu itu mengangguk. "Aku merasa tersanjung. Kau memang pandai membahagiakan orang," ucapnya sambil menikmati keindahan ruang tamu itu.

"Aku kagum padamu. Kau rupanya punya selera tinggi dalam urusan menghias rumah. Tentu, kau adalah seorang seniman sejati," lanjutnya.

"Jangan berlebihan menilaiku seperti itu, saudaraku. Semua ini ide istriku. Sementara aku, hanya berusaha memenuhinya," jawab lelaki bertabiat baik itu.

Dari dalam, sang nyonya rumah muncul. Membawakan dua gelas minuman untuk kedua lelaki yang tengah saling melepas kerinduan. Di atas meja kecil, kedua gelas itu diletakkan. Tanpa banyak kata, ia pun segera kembali ke ruang dalam.

"Ya, ya. Kau memang lelaki sejati. Pintar membahagiakan istri."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun