Farhan dan Tulisannya
Di sebuah kelas yang ramai, Farhan duduk di pojok ruangan, tenggelam dalam buku catatannya. Suara gemuruh obrolan teman-temannya berlalu begitu saja di telinganya. Tidak ada yang tahu di balik sikapnya yang tenang, ada impian besar yang terus ia pupuk setiap hari.
Farhan bukanlah tipe siswa yang sering mengangkat tangan di kelas atau menonjol dalam diskusi kelompok. Ia lebih memilih mendengarkan, menyerap setiap kata yang diucapkan guru, dan mencatat dengan teliti.Â
Ketika waktu istirahat tiba, sementara teman-temannya berkumpul di kantin, Farhan akan duduk di perpustakaan, memperdalam materi yang baru saja diajarkan.
Tidak ada yang menyadari bahwa Farhan telah memenangkan beberapa lomba menulis tingkat nasional. Ia tidak pernah membicarakannya. Baginya, prestasi bukan untuk dibanggakan, melainkan untuk menjadi pijakan menuju impian yang lebih besar.
Setiap malam, ia menulis cerpen, membiarkan imajinasinya menjelajah, berharap suatu hari karyanya bisa menginspirasi orang lain.
Hingga suatu hari, seorang guru menemukan salah satu cerpennya yang tercecer di meja. Dengan terkejut, sang guru membaca karya Farhan, menyadari ada bakat besar yang tersembunyi di balik sikap tenangnya.Â
"Farhan, kamu harus membagikan ini pada dunia," ucap guru itu dengan kagum.
Farhan tersenyum tipis, matanya berbinar. "Saya hanya ingin menulis, Bu. Dunia akan menemukannya jika waktunya tepat."
Fenomena Quiet Ambition dan Cara Menanggapinya