Nama "Kampiun" sendiri berasal dari kata "Champion" dalam bahasa Inggris. Berarti juara atau pemenang. Hal ini mencerminkan keragaman serta kelezatan berbagai jenis bubur yang terdapat di dalam satu mangkuk saji.
Asal Usul Bubur Kampiun
Menurut cerita masyarakat Minang, Bubur Kampiun pertama kali diciptakan sekitar tahun 1950-an di Nagari Jambu Air, Kabupaten Bukittinggi, Sumatera Barat.Â
Legenda lokal menyebutkan bahwa bubur ini pertama kali dibuat dalam rangka merayakan kemenangan para pahlawan kemerdekaan Indonesia.
Pada waktu itu, masyarakat mengadakan sebuah acara syukuran besar dan salah satu sajian yang dibuat adalah bubur dengan berbagai jenis makanan manis yang dicampur menjadi satu. Bubur ini sebagai simbol keberagaman dan kemenangan.
Isi Bubur Kampiun
Dalam satu sajian bubur kampiun, biasanya terdapat berbagai komponen pada awalnya, seperti:
1. Bubur sumsum – bubur lembut dari tepung beras.
2. Kolak pisang – pisang yang dimasak dengan kuah santan manis.
3. Bubur ketan hitam – bubur dari ketan hitam.
4. Candil – bola-bola ketan yang dimasak dalam kuah gula merah. (Cande)
5. Lupis – ketan yang dibungkus daun pisang, disajikan dengan kelapa parut dan gula merah cair.
Setiap elemen dalam Bubur Kampiun ini memiliki rasa dan tekstur yang berbeda-beda. Ketika disajikan bersama, mereka menciptakan perpaduan rasa manis dan gurih yang unik.
Bubur kampiun sering disajikan saat bulan Ramadan sebagai menu berbuka puasa juga dapat ditemukan di pasar tradisional di Sumatera Barat pada hari-hari biasa.
Makanan ini bukan hanya kaya rasa, tetapi juga memiliki nilai budaya yang tinggi, mengingat hubungannya dengan sejarah perjuangan dan kebersamaan masyarakat Minangkabau dalam meraih kemerdekaan.