"Rama meski tampak tenang di luar, masih merasa takut melihat sosok mereka. Trauma itu belum sepenuhnya hilang." Lanjut beliau.
Kesepakatan pun dicapai. Kazir dan dua temannya harus menjalani pembinaan khusus. Mereka bertiga harus mendapatkan pendampingan konseling secara rutin di sekolah.
Sekolah berjanji akan meningkatkan pengawasan kepada warga sekolah agar kasus sama tak terulang. Kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak bahwa tindakan kekerasan, sekecil apa pun, bisa memiliki dampak besar dan panjang bagi semua yang terlibat.
Ibu Irwa menatap semua  yang hadir. Dalam hati beliau berjanji bahwa sekolah ini akan tetap menjadi tempat yang aman bagi semua anak. 'Kabulkan Ya Rabb,' Bisik hati beliau.Â
Nama baik sekolah memang penting, tetapi lebih dari itu, keselamatan dan kesejahteraan para siswanya hal utama.
Hari cerah dan mencekam di Sekolah
Pagi ini meski hari cerah, Rama ragu untuk melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kelasnya. Ia melihat Kazir dan dua temannya. Tambahan siswa kelas 9 lain yang sering bersama mereka.
Kazir menundukkan kepalanya. Matanya berkaca-kaca menahan air mata yang mulai menggenang. Dengan suara bergetar, ia berkata, "Maafkan Bang Kazir Rama. Maafkan atas semua kesalahan yang telah Kazir lakukan. Bang Kazir tahu selama ini sering mengompasmu."
"Bang Kazir sering membuat Rama kecewa dan marah. Bang sungguh menyesal. Bang berjanji, mulai hari ini Rama akan Abang jaga. Abang sudah berubah. Abang tak ingin lagi merampas uang  Rama  dan adik-adik lain." Ia menautkan dua telapak tangannya. Lalu menaruh di depan dadanya.
Dalam hati Kazir sedih karena perbuatannya selama ini. Sudah berpuluh ribu uang yang ia rampas dari adik-adiknya. Kazir ingin menjadi anak yang patuh lagi, anak yang dibanggakan mamanya.
Dengan tekad yang kuat Kazir  menggenggam tangan Rama yang sedingin es.