Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerpen) "Aku akan Menjadi Anak yang Patuh, Mama!"

22 September 2024   11:10 Diperbarui: 3 Oktober 2024   20:57 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa ibuk kira hanya dengan permintaan maaf semua ini bisa selesai? Anak saya pasti dong  trauma. Apa tindakan yang dilakukan sekolah untuk memastikan hal ini tidak terulang lagi?"  Nampak urat leher beliau menegang.

Bu Irwa berusaha untuk tenang. Ia faham tak mudah bagi orangtua menerima ini. Beliau menarik napas panjang.

"Kami akan mengadakan pertemuan dengan keluarga kedua belah pihak untuk mencari penyelesaian yang adil, Pak. Sekolah juga berkomitmen memperketat pengawasan dan memberikan bimbingan lebih intensif bagi mereka, khususnya Kazir dan temannya."

"Saya ingin anak saya divisum, Dokter. Saya minta surat keterangan visum sebelum saya membawa anak saya pulang." Kata Pak Nenda tegas kepada Dokter yang berjaga.

Dengan nada marah Pak Nenda mengikuti dokter yang sudah mengangguk setuju.

Esoknya di sekolah srmua berkumpul. Pak Nenda tetap bersikeras melapor ke polisi karena hidung anaknya patah. Mendengar percakapan di ruang kepala itu Kazir hanya bisa tertunduk.

Nampak gurat penyesalan di wajahnya. Tapi apalah daya nasi sudah jadi bubur. Masalah yang ditabur saatnya dituai. Saat ditanya guru, ia mengakui kesalahannya.

Rasa menyesal yang muncul, tak akan bisa menghapus apa yang telah terjadi. Orang tua Kazir dan dua temannya pun yang dipanggil ke sekolah tampak kecewa. Mereka betul-betul menyesali tingkah laku anaknya. Mereka tahu, tindakan putra mereka bisa menghancurkan diri mereka.

Apa lagi Pak Nenda tetap kekeh melapor ke polisi. Laporan ini bisa menghancurkan  citra sekolah  juga masa depan anak mereka. Duh Gusti, teriak mereka dalam hati. Sekarang mereka hanya bisa pasrah. Ragu doa mereka akan diijabah Allah SWT.

Hari berikutnya pun tiba. Pertemuan kedua sedang berlangsung. Kazir dan dua temannya berusaha meminta maaf langsung kepada Rama dan keluarganya. Pak Nenda masih marah. Namun, ia mencoba memahami dan menerima permintaan maaf tersebut dengan syarat.

"Kazir dan temannya harus pindah dari sekolah ini. Baru saya mau menarik laporan saya dari polisi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun