Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen Siswa dengan Pendekatan Kontekstual

8 Juni 2022   14:17 Diperbarui: 21 April 2023   14:55 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan ilmu universal yang menjadi alat penyampai perkembangan teknologi  modern bagi kita.  Bahasa Indonesia mempunyai  peran  dalam  berbagai  disiplin  ilmu dalam  memajukan daya pikir manusia. Sehingga Bahasa Indonesia dijadikan sebagai salah satu pembelajaran di Indonesia baik di Sekolah Dasar (SD), SMP/MTs, SMA/SMK/MAN, Perguruan Tinggi.

Pembelajaran Bahasa Indonesia membekali peserta didik dengan kemampuan berbahasa yang logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta memiliki keterampilan atau skill beragam.

Salah satu skill atau keterampilan itu merupakan aspek dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu Keterampilan menulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan keempat yang harus dikuasai oleh siswa setelah keterampilan menyimak/mendengar, berbicara, dan membaca.

Selama ini pembelajaran Bahasa Indonesia aspek keterampilan menulis khususnya di MTsN Kota Padang Panjang masih belum sesuai dengan harapan kita selaku guru. Apalagi untuk mencapai tingkat terampil, masih memerlukan "usaha keras" kita untuk mewujudkannya.

Pembelajaran menulis yang diberikan kepada siswa mungkin belum bervariasi. Biasanya dalam pembelajaran, siswa dilatih untuk membuat karangan dengan kerangka karangan yang telah disediakan, mengarang bebas, atau berlatih menulis bermacam-macam paragraf.

Pembelajaran menulis pun akhirnya tetap kering dan membosankan (Suyono, 2005: 8) sehingga siswa kurang berminat untuk berlatih menulis.

Kekurangberhasilan pembelajaran menulis tersebut disebabkan oleh banyak faktor, khususnya menyangkut siswa dan guru. Selama ini guru  menganggap bahwa proses pembelajaran yang efektif ditandai dengan suasana kelas yang tenang.

Para siswa dengan tertib duduk di kursinya masing-masing, perhatian berpusat pada guru, dan guru menjelaskan (berceramah) di depan kelas.

Dalam hal itu,  siswa akan semakin tenggelam dalam kepasifan belajar. Mereka belajar hanya suatu rutinitas sehingga kurang tertantang untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.  Siswa cenderung belajar secara individual,  menghafal konsep-konsep yang abstrak dan teoretik,  menerima rumus-rumus atau kaidah-kaidah tanpa banyak memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran.

Demikian pula halnya keterampilan menulis cerpen siswa di MTsN Kota Padang Panjang. Sebagaimana yang penulis alami ketika melaksanakan pembelajaran menulis cerpen di kelas IX . Para siswa kurang antusias dalam melaksanakan tugas belajar menulis cerpen. Mereka rata-rata pasif.

Ketika mereka disuruh menulis cerpen, malah banyak yang termenung dan mengerutkan keningnya. Dari 37 orang jumlah siswa hanya 6 orang yang langsung menulis. Saat ditanya mengapa belum mulai jawaban mereka beragam.

Belum ada ide, boleh roman, boleh dibuat dirumah saja, dan mereka bingung cara memulainya sehingga banyak menimbulkan pertanyaan pada siswa. Akibatnya satu jam pelajaran hanya mereka habiskan untuk bertukar pengalaman cerita yang pernah mereka baca.

Berpijak pada kondisi tersebut, penulis merasa tertantang untuk mencoba menerapkan pola pembelajaran menulis cerpen ini dengan menggunakan pendekatan. 

Adapun metode pendekatan yang penulis terapkan yaitu metode pendekatan pembelajaran kontekstual. Dengan penerapan metode kontekstual ini diharapkan siswa akan aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan ketika mereka diberi tugas menulis cerpen.

Pada pembelajaran ini, siswa diberi ruang gerak, kebebasan, dan kemandirian untuk lebih leluasa bereksperimen dengan pemikiran mereka serta mengeksplorasikannya dalam bentuk pengalaman-pengalaman batin baik berdasar pengalaman hidup mereka sendiri maupun pengalaman teman mereka.

Metode pendekatan konstekstual akan menempatkan siswa pada kondisi pembelajaran bermakna yang dapat menghubungkan pengalaman mereka tersebut dengan materi yang sedang dipelajarinya.

Borko, H., & Putnam R. (2002:35) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan alternatif untuk dapat menulis. Dengan memanfaatkan tujuh elemen pada pembelajaran kontekstual, proses kreatif siswa dalam menulis cerpen dapat digali dan ditumbuhkan dengan baik.

Ketujuh elemen pembelajaran itu adalah kontruktivisme(contructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

Beranjak dari metode pendekatan pembelajaran di atas maka kesulitan pembelajaran keterampilan menulis cerpen di kelas IX  MTsN Kota Padang Panjang hendaknya dapat diatasi melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan judul : "Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas IX  MTsN Kota Padang Panjang Tahun Pelajaran 2021/2022 Melalui Pendekatan Kontekstual" ini.

B. Landasan Teori
1. Hakikat belajar

Menurut Machfudz dan Wahyudi (1997:7) bahwa belajar adalah suatu proses sistematis yang tiap komponennya penting sekali bagi keberhasilan belajar siswa. Pembelajaran hanya berlangsung manakala usaha tertentu dibuat untuk mengubah sedemikian rupa sehingga hasil belajar dapat tercapai.

Adapun menurut Nurkamto (2004:104) belajar diartikan mengubah pengetahuan dan pemahaman secara terus menerus yang dilakukan oleh siswa melalui proses pemberian makna terhadap pengalamannya. 

Kebermaknaan pengalaman tersebut memiliki dua sisi, yaitu sisi intelektual dan sisi emosional yang saling melengkapi ketika siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan lingkungan berinteraksi sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

2.Hakikat Menulis

Menulis menurut Nuruddin (2007:4) merupakan segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka memberikan gagasan dan melontarkannya dengan bahasa tulis sehingga mudah dipahami orang lain. 

Menurut  Kumadi (2016 :11-17) menulis adalah usaha menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan.  Adapun tulisan menurut Winarni (2010:67) adalah simbol-simbol yang makna dan aturan pemakaiannya telah disepakati, dan mengandung makna tertentu. 

Dengan menulis si penulis mentransfer gagasan yang ada di benak penulis dalam bentuk simbol-simbol untuk merangkai pesan, informasi, serta maksud yang terdapat dalam pikiran, gagasan, dan pendapat penulis yang disampaikan dengan baik.

Kemudian, sehubungan dengan keterampilan menulis dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menerangkan pikiran dan gagasannya melalui bahasa tulis secara jelas, runtut, mudah dibaca, dan dipahami oleh orang lain (Atmaja, 2003:14).

Keterampilan menulis ini merupakan keterampilan berbahasa yang biasanya paling akhir dikuasai oleh seseorang dibanding keterampilan berbahasa lainnya (Musaba,2011:14)

3.Hakikat Cerpen

Cerpen  atau cerita pendek merupakan jenis karya sastra  dalam bentuk tulisan yang berwujud sebuah cerita atau kisah secara pendek, jelas, serta ringkas.

Selain itu cerpen juga dapat disebut dengan sebuah prosa fiksi yang isinya mengenai pengisahan yang hanya terfokus pada satu konflik atau permasalahan.

Cerpen sebagai salah satu jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita mengenai manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek dan singkat.

Cerpen dapat pula dikatakan sebuah cerita fiktif  yang berisi mengenai kehidupan seseorang ataupun kehidupan yang diceritakan secara ringkas dan singkat yang berfokus pada satu tokoh saja.

Ada beberapa ciri-ciri cerpen yang mesti dipahami agar kita dapat membedakannya dengan karya tulis lainnya, diantaranya adalah:


1.Memiliki jumlah kata tidak lebih dari 10.000 kata.
2.Memiliki proporsi penulisan yang lebih singkat dibandingkan dengan Novel.
3.Kebanyakan mempunyai isi cerita yang menggambarkan kehidupan sehari-hari.
4.Tidak mencerminkan semua kisah tokohnya. Karena dalam cerpen yang dikisahkan hanyalah intinya saja.
5.Tokoh yang diceritakan dalam cerpen mengalami sebuah konflik sampai pada tahap penyelesaiannya.
6.Pemilihan katanya sederhana sehingga memudahkan para pembaca untuk memahaminya.
7.Bersifat Fiktif.
8.Menceritakan satu kejadian saja dan menggunakan alur cerita tunggal dan lurus.
9.Membacanya tidak membutuhkan waktu yang lama.
10.Memberikan pesan dan kesan yang sangat mendalam sehingga pembaca akan ikut merasakan kesan dari cerita tersebut.
11.Setiap karya sastra, baik itu berbentuk prosa, puisi, ataupun drama, memiliki unsur-unsur intrinsik di dalamnya.

Namun, masing-masing bentuk karya sastra itu memiliki bentuk unsur-unsur intrinsik tersendiri. Untuk bentuk prosa, unsur intrinsiknya terdiri dari tema, tokoh, alur, latar, perwatakan atau penokohan, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat.

Meskipun bentuknya pendek,  cerpen merupakan satu karangan yang utuh sebagaimana novel. Cerpen dibangun oleh unsur seperti pada novel. Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang ada di dalam batang tubuh suatu karya sastra.

Tanpa adanya unsur instrinsik, suatu karya sastra tidak akan terbentuk secara baik. Dengan kata lain, unsur intrinsik merupakan fondasi dasar dari karya sastra.Setiap karya sastra, baik itu berbentuk prosa, puisi, ataupun drama, memiliki unsur-unsur instrinsik di dalamnya sebagai pondasi cerita.

Namun, masing-masing bentuk karya sastra itu memiliki bentuk unsur-unsur instrinsik tersendiri. Untuk bentuk prosa, unsur instrinsiknya terdiri dari tema, tokoh, alur, latar, perwatakan atau penokohan, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat.

Cerpen sama seperti novel dibangun atas dua unsur itu juga. Unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik karena novel dan cerpen bagian dari prosa. Disebut juga cerita inspiratif.

Dua unsur yang yang membangun cerpen , baik unsur instrinsik (dari dalam) dan unsur ekstrinsik (dari luar cerita).

Adapun unsur instrinsik (dari dalam) terdapat delapan unsur,  meliputi : Tema cerita (1), alur atau plot (2), seting atau latar (3), penokohan (4), sudut pandang (5), bahasa pengarang (6), dan amanat (7); dan unsur  ekstrinsik  (dari luar cerita), cerpen adalah: (1)latar belakang pengarang, dan (2) latar kondisi masyarakat.

Tema merupakan salah satu unsur intrinsik cerpen. Unsur ini juga dikenal dengan istilah topik atau pokok permasalahan.

Pengertian tema adalah pokok atau gagasan utama dalam sebuah cerpen yang berisi ide-ide yang melatarbelakangi isi keseluruhan cerpen. Penulis harus menentukan tema terlebih dahulu sebelum membuat cerpen, karena tema adalah nyawa dan inti dari cerita tersebut.

Ada banyak contoh tema, dari yang umum seperti tema persahabatan, cinta dan pendidikan, hingga tema yang khusus yang berkaitan dengan pengalaman penulis.

Unsur intrinsik yang berikutnya adalah tokoh. Pengertian tokoh adalah pelaku fiktif yang ada dalam cerpen. Terdapat tokoh utama dengan porsi cerita yang besar, serta ada juga tokoh pembantu yang tidak memiliki pengaruh besar bagi jalannya cerita.

Secara umum tokoh dalam cerpen dibagi menjadi 4 yakni tokoh protagonis, tokoh antagonis, tokoh tritagonis dan juga tokoh figuran sebagai berikut.


1.Tokoh protagonis yaitu tokoh dalam cerpen yang menjadi pemeran utama dan memiliki sifat baik dan positif seperti jujur, berani, ramah, lembut dan lain-lain
2.Tokoh antagonis yaitu tokoh dalam cerpen yang menjadi pemeran utama dan memiliki sifat buruk atau negatif seperti jahat, pemarah, iri, sombong dan lain-lain
3.Tokoh tritagonis yaitu tokoh dalam cerpen yang memiliki sifat penengah yang aris dan bijaksana
4.Tokoh Figuran yaitu tokoh dalam cerpen yang menjadi tokoh pembantu dan member warna dalam cerita.

Penokohan juga termasuk unsur instrinsik cerpen yang berbeda dengan tokoh. Pengertian penokohan  adalah cara penulis dalam menggambarkan watak tokoh dalam cerita melalui media tertentu.

Terdapat  macam macam  penokohan yaitu penokohan analitik dan penokohan dramatik.


1.Penokohan analitik yaitu cara pengarang menggambarkan watak tokoh melalui pemaparan cerita secara langsung, misalnya sifat penakut, pemalu, pemarah dan sebagainya.
2.Penokohan dramatik yaitu cara pengarang menggambarkan watak tokoh secara tersirat, bisa melalui gambaran fisik, tingkah laku yang dilakukan atau reaksi dari tokoh lain.

Alur atau plot adalah rangkaian peristiea yang disampaikan pengarang hingga membentuk sebuah cerita  dari awal sampai akhir.

Alur atau plot cerita pasti digunakan dalam karya atau cerita.terdapat beberapa tahap alur atau plot yaitu orientasi, komplikasi, dan resolusi. Berdasarkan urutan kronologinya , ada beberapa macam alur cerita.


1.Alur maju, yaitu alur cerita yang bergerak maju dimulai dari awal cerita sampai akhir sesuai kronologi cerita  ( orientasi -- komplikasi -- resolusi  )
2.Alur mundur, yaitu alur yang bergerak mundur dimulai dari akhir cerita lalu kembali ke awal cerita , biasa dikenal dengan istilah kilas balik atau flashback ( Resolusi -- komplikasi -- orientasi )
3.Alur campuran, yaitu perpaduan antara alur maju dan alur mundur dalam satu cerita ( komplikasi -- resolusi -- orientasi -- komplikasi -- resolusi )
Berikut ini merupakan skema alur
 
Keterangan :
Orientasi : penentuan peristiwa, menciptakan gambaran visual latar, suasana perasaan, dan waktu kisah. pengenalan karakter, dan arah menuju komplikasi
Rangkaian Peristiwa : kisah berlanjut menuju peristiwa.

Komplikasi : cerita bergerak menuju konflik (pertentangan yang salah) atau puncak masalah yang memengaruhi  latar  waktu dan karakter.

Resolusi : solusi masalah, yakni bagaimana pengarang mengakhiri cerita.

Adapun Latar dibedakan menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.  Latar tempat menjelaskan di mana kejadian atau peristiwa dalam cerpen terjadi.

Latar waktu menjelaskan kapan kejadian atau peristiwa dalam cerpen terjadi. Latar suasana menjelaskan gambaran suasana dalam sebuah cerpen.
 
Selain latar ada sudut pandang berisi pandangan pengarang terhadap cerpen, bisa saja pengarang menjadi orang pertama atau orang ketiga.

(1). Sudut pandang orang pertama adalah pengarang terlibat langsung atau orang pertama dalam cerita yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang aku, saya. Sudut pandang orang pertama terbagi duaOrang pertama tokoh utama

Pada sudut pandang ini tokoh utama cerita adalah aku (saya). Tokoh saya (aku) langsung menceritakan kronologi kehidupannya )

a. Orang pertama tokoh sampingan.

Tokoh saya ( aku ) dalam cerita, menceritakan kronologi kehidupan orang lain, namun saya tetap berada dalam cerita.

(2). Sudut pandang orang ketiga adalah pengarang tidak terlibat langsung dalam cerita yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang seperti dia, mereka, dan sebagainya atau menggunakan nama tokoh.

Sudut pandang orang ketiga terbagi 2
a.Orang ketiga pengamat
b.Orang ketiga serba tahu.
 
 Amanat
Amanat merupakan pesan moral yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca melalui cerpen.

Gaya bahasa
 Gaya bahasa berkaitan dengan kata dan bahasa. Pengertian gaya bahasa adalah ciri khas pemilihan kata dan bahasa yang digunakan oleh penulis.

Hal ini meliputi diksi pemilihan kata, penggunaan kalimat, penghematan kata, pemakaian majas dan sebagainya.

Tiap penulis cerpen tentu memiliki gaya bahasa yang berbeda beda. Hal inilah yang membedakan satu penulis dengan penulis lainnya dan menjadi ciri khas masing -- masingnya.

Sebagai sebuah karya sastra cerpen menganut prinsip dulce et utille. Artinya, selain mengusung aspek keindahan, karya sastra juga memiliki manfaat.

Kebermanfatan ini diimplementasikan dalam nilai-nilai edukatif yang dapat dijadikan bahan pembelajaran dalam kehidupan nyata.

Cerpen merupakan salah satu genre seni sastra. Dia bukan novel atau bukan bagian dari novel. Dia berdiri sendiri. Mereka sama-sama prosa fiksi yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan novel.

Untuk dapat membedakannya dengan genre lain maka kita harus memahami karakteristik cerpen. Adapun karakteristik cerpen adalah (1) jalan ceritanya lebih pendek dari novel. 

Novel menceritakan kisah hidup tokoh dengan konflik lebih dari satu konflik sedangkan cerpen hanya memiliki satu konflik saja, (2) jumlah kata tidak lebih dari 10.000 (10 ribu) kata, (3) kisah berasal dari kehidupan sehari-hari, (4) hanya menggambarkan satu kisah tokoh saja. 

Semua tokoh tidak mendapatkan proporsi penggambaran yang sama sedangkan pada novel semua tokoh mendapat proporsi kisah yang sama, (5) hinggga cerita berakhir konflik yang digambarkan hanya satu masalah saja sehingga cerita berpusat pada satu tokoh utama saja, (6) pemakaian kata ekonomis sehingga kalimat yang dipakai penulis merupakan kalimat-kalimat tunggal yang pendek-pendek saja agar mudah dan nyaman ketika dibaca penikmat cerpen, (7) meninggalkan kesan yang mendalam sehingga pembaca dapat ikut merasakan kisah dari cerita, (8) hanya menyuguhkan satu kejadian saja, (9) memiliki alur cerita tunggal dan lurus, dan (10) penokohan sangatlah sederhana, tidak mendalam, dan singkat.

4.Keterapilan Menulis Cerpen

Aktivitas menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis sebab harus melalui latihan dan praktek yang gradual (berangsur-angsur) ,tekun, rajin, dan teratur karena menulis menuangkan gambaran lambang-lambang yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. 

Salah satu bentuk tulisan yang dapat dilatih kepada siswa menulis karya sastra dalam bentuk karya sastra fiksi cerpen. Untuk menulis cerpen ini, siswa harus memiliki tema berupa ide cerita atau gagasan yang akan dituangkan dalam tulisan.

Ide cerita atau gagasan cerita bisa muncul berdasarkan pengalaman hidup, permasalahan yang dialami, dan konflik yang terjadi baik pada diri siswa sendiri maupun teman, saudara, keluarga, atau masyarakat. Ide atau gagasan inilah nanti bakal cikal tema semua cerita.

Tema tersebut pula nanti yang akan menentukan cerita yang ditulis tersebut baik atau tidaknya cerita sesuai ciri cerpen yang baik, yaitu: cerpen yang dibuat harus bermakna, jelas, merupakan kesatuan yang bulat, singkat dan padat, serta mematuhi kaidah kebahsaan.

Adapun kaidah kebahasaan yang harus dipahami seorang  penulis cerpen adalah diksi atau pilihan kata, kalimat efektif, ejaan dan tanda baca yang dapat menberikan kejelasan bahasa tulis.

Hanya saja dalam keterampilan menulis cerpen kaidah kebahasaan tersebut tidaklah kaku untuk beberapa poin, seperti diksi dan pilihan kata dalam menulis karya sastra sangat relatif karena kita boleh menggunakan ragam diksi sesuai ragam bahasa yang ada dan tumbuh di tengah masyarakat kita. 

Misalnya kita menulis cerpen remaja, siswa boleh menggunakan diksi atau pilihan kata gaul, gue untuk aku, lu untuk kamu, dan lain-lain sesuai kontekstual cerita.
 

Namun, unsur kaidah lain tidak bisa diabaikan agar tulisan siswa baik dan mudah dikomunikasikan. Misal, tanda baca petik ("...."), koma (,), titik (.), seru (!), dan tanya (?). Semua tanda baca itu sangat urgen bagi seorang penulis dalam menuangkan gejolak emosi, senang, marah, terharu, tegang, bahagia, dan beriburasa lain sebagai ciri khas manusia yang mengalami beragam masalah atau konflik.

Semua rasa itu sangatlah tepat dituangkan dalam keterampilan menulis karya sastra fiksi cerpen karena inilah keunikan, keunggulan, ciri-ciri, dan kespesifikan  karya sastra. Semua itu tidak dimiliki ilmu-ilmu lain seperti eksakta.

Sebagai cerita fiksi atau rekaan, cerpen bentuknya relatif pendek meskipun ada juga yang relatif melanggar panjang karena cerpen hanya memusat pada  satu peristiwa pokok. 

Hoerip dalam buku Semi (2000:34) mengatakan bahwa " cerpen adalah karakter yang 'dijabarkan' lewat rentetan cerita kejadian daripada kejadian-kejadian itu sendiri satu persatu."

Sumardjo dan Saini (1994:37) mengemukakan pendapat yang berbeda mengenai cerpen yaitu, " cerpen adalah cerita atau narasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif ( tidak benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja) serta relatif pendek."

Kata pendek dalam batasan ini tidak jelas ukurannya. Ukuran pendek ini diartikan sebagai dapat dibaca sekali duduk waktu kurang dari satu jam.

Sebuah cerpen pada dasarnya menuntut adanya perwatakan yang jelas pada tokoh cerita. Sang tokoh merupakan ide sentral dari cerita; cerita bermula dari sang tokoh; dan berakhir pula pada "nasib" yang menimpa pada sang tokoh itu.

Unsur perwatakan lebih dominan daripada unsur cerita itu sendiri. Membaca sebuah cerpen berarti kita berusaha memahami manusia, bukan sekedar ingin mengetahui bagaimana jalan ceritanya.

Menurut Tarigan (1986:177) ciri-ciri cerpen adalah sebagai berikut:


a.Ciri-ciri utama cerita pendek adalah : singkat, padat, intensif, (brevity, unity, intensity)

b.Unsur-unsur utama cerita pendek adalah : adegan, tokoh, dan gerak (scene, character, and action)

c.Cerita pendek harus mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

d.Cerita pendek mengandung detail-detail dan insiden-insiden yang dipilih dengan sengaja, dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran pembaca.

e.Cerita pendek harus menimbulkan perasaan pada pembaca, bahwa jalan ceritalah yang pertama-tama menarik perasaan, dan baru kemudian menarik pikiran pembaca.

f.Cerita pendek harus mempunyai seorang pelaku utama.

g.Cerita pndek memberikan suatu kebulatan efek.

Secara garis besar unsur cerpen terbagi atas dua bagian, yaitu unsur instrinsik  dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah unsur yang membangun atau mmbentuk sebuah cerita dari dalam karya sastra fiksi cerpen itu sendiri.

Disebut juga unsur dari dalam. Terdapat tujuh macam unsur instrinsik dalam cerpen, di antaranya tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa.      

 (1). Tema adalah gagasan utama yang ingin disampaikan pengarang dalam cerpen. Bisa dikatakan, tema ini adalah nyawa dari sebuah cerita karena tema akan menentukan latar belakang cerita tersebut.

Tema disebut juga gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi sebuah bangunan.  Tidak mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa adanya pondasi.

Dengan kata lain, tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama dalam sebuah cerpen, pesan, atau amanat. Istilah tema menurut Scarbach dalam buku Aminuddin (1987:37), yaitu " tempat untuk meletakkan sesuatu perangkat, " disebut demikian karena tema merupakan ide atau gagasan yang mendasari suatu cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.

Pokok persoalan yang dijadikan sebagai tema biasanya diambil dari dunia sekitar baik yang dialami maupun tidak, baik kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun kejadian yang bersifat insidental.

Tema disajikan setelah terlebih dahulu diberi tafsiran menurut pandangan hidup atau cita-cita pengarang. Tema dalam cerita pendek hanya satu tema saja.

 (2). Tokoh dan penokohan, tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita. Tokoh terbagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama merupakan tokoh yang melakukan interaksi secara langsung atau terlibat dalam konflik.

Tokoh tambahan merupakan tokoh yang hanya diungkapkan dalam cerpen tanpa adanya interaksi yang dilakukan tokoh atau tokoh yang tidak terlibat dalam konflik. Sementara itu, penokohan merupakan watak atau karakter tokoh yang terdapat dalam sebuah cerita.

Contohnya, tokoh Bandung Bondowoso dalam cerita Roro Jonggrang yang memiliki watak gigih. Selain berdasarkan peran, penokohan dibedakan pula atas empat berdasarkan watak tokoh atau karakternya. 

(1) protagonis adalah tokoh baik merupakan tokoh utama cerita. Kepada tokoh inilah berpusat peristiwa sebuah cerita; (2) antagonis adalah tokoh jahat yang selalu menentang tokoh utama.

Dengan tokoh inilah tokoh utama mengalami konflik atau masalah; (3) tritagonis adalah tokoh bijaksana yang menjadi penengah konflik yang terjadi antara tokoh protagonis dan antagonis.

Tokoh inilah sebagai peresolusi masalah dalam cerpen; (4) figuran atau tambahan adalah tokoh yang berperan membantu ketiga tokoh di atas.

Semua karangan memiliki tokoh, terutama novel dan cerpen. Tokoh merupakan pelaku yang digambarkan dalam peristiwa sebuah cerita.

Sedangkan tokoh atau para pelaku cerita menggambarkan, melukiskan tokoh atau para pelaku cerita, Semi (2000:37) mengungkapkan bahwa ada dua macam cara memperkenalkan tokoh atau para pelaku berdasarkan watak tokoh fiksi, yaitu (1) secara analitik, yaitu pengarang langsung memaparkan tentang  watak atau karakter tokoh.

Pengarang langsung menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang, bijaksana, penolong, dan sebagainya;  (2) secara dramatik, yaitu penggambaran perwatakan yang tidak diceritakan secara langsung, tetapi hal itu disampaikan melalui pemilihan nama tokoh, melalui penggambaran fisik, atau postur tubuh, cara berpakaian, dan melalui dialog baik dialog tokoh yang bersangkutan dalam interaksinya dengan orang lain.  

(3).  Latar,  merupakan gambaran tempat, waktu, dan suasana cerpen.  

Latar tempat menjelaskan di mana kejadian atau peristiwa dalam cerpen terjadi. Latar waktu menjelaskan kapan kejadian atau peristiwa dalam cerpen terjadi. Latar suasana menjelaskan gambaran suasana dalam sebuah cerpen.

Latar tidak hanya merupakan waktu dan tempat terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar juga dapat digambarkan dengan pekerjaan dan cara hidup para tokoh yang terdapat dalam cerpen, serta dapat mengggambarkan waktu, baik itu ketika atau saat zaman peristiwa terjadi.

Kehadiran sebuah latar dalam sebuah karya sastra dapat memberikan kesan secara lebih mendalam dan mendapatkan informasi baru yang berguna dan menambah pengalaman bagi pembaca.

(4).  Alur dan plot  adalah rangkaian kronologi peristiwa dalam cerita pendek.

Kemudian, alur dibedakan menjadi alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Alur maju adalah cerpen dengan peristiwa yang
disajikan secara kronologis atau sesuai dengan urutan waktu dari awal ke akhir.Alur mundur adalah cerpen dengan peristiwa yang dimulai dari akhir cerita ke awal cerita. Alur mundur disebut juga dengan istilah kilas balik.

Alur campuran adalah alur cerpen yang merupakan gabungan antara alur maju dan alur mundur. Jadi, rangkaian peristiwanya melompat-lompat antara peristiwa masa lalu dengan masa kini.Sementara itu, plot merupakan gambaran peristiwa yang mengandung hubungan sebab akibat.
         

Alur cerita seringkali disebut kerangka cerita atau plot. Plot merupakan bagian yang penting dari cerita rekaan. Alur berisi rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu. 

Bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana satu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain. Bagaimana pula tokoh digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu dan semua itu terikat dalam satu waktu kejadian.
         

Sementara Zakaria dan Sariani (1990:2) memberikan pengertian tentang alur, yaitu : " alur adalah urutan peristiwa yang sambung menyambung dalam sebuah cerita yang disusun berdasarkan sebab akibat.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa dengan peristiwa sambung menyambung itulah terjadi suatu cerita. Alur memperlihatkan bagaimana suatu cerita berlangsung sehingga memberikan kesatuan yang bulat

(5). Sudut pandangSudut pandang berisi pandangan pengarang terhadap cerpen, bisa aja pengarang menjadi orang pertama atau orang ketiga.Sudut pandang orang pertama adalah pengarang terlibat langsung atau orang pertama dalam cerita yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang aku, saya, dan sebagainya.

Sudut pandang orang ketiga adalah pengarang tidak terlibat langsung dalam cerita yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang seperti dia, mereka, dan sebagainya atau menggunakan nama tokoh. Sudut pandang orang ketiga terbagi atas orang ketiga terarah dan orang ketiga serba tahu.

(6). AmanatAmanat merupakan pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca melalui cerpen. Misalnya, cerita Malin Kundang yang memiliki amanat tidak boleh durhaka kepada ibu.

(7). Gaya bahasaMerupakan pemakaian ragam bahasa yang berfungsi untuk memberikan kesan yang lebih menarik dengan menggunakan majas.

B.Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas IX E di MTsN Kota Padang Panjang dengan menggunakan pendekatan kontekstual tahun belajar 2021/2022 mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan  hasil analisis data pada tiap siklus.

Terlihat bahwa hasil dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Pada pelaksanaan pembelajaran dan hasil analisis data siklus I, untuk aktivitas siswa diperoleh nilai rata-rata sebesar 70,55 dan aktivitas siswa pada siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 80,55.

Mengalami kenaikan sebanyak 10 % dari tiap siklus penelitian
Terkait dengan hasil tes menulis cerpen pada siklus I dan II dapat dilihat rinciannya dibawah ini :

Tabel 1.Ringkasan Hasil Evaluasi Menulis Siswa pada Siklus I

No.Uraian                                   Hasil

1Nilai Terendah                         : 50
2Nilai Tertinggi                         :90
3Rata-rata                                   :70,55
4Jumlah siswa yang tuntas  :17
5Jumlah siswa yang ikut tes :36
6Persentase Ketuntasan Kalsikal   :47 %

Sedangkan pada siklus II hasil ringkasannya sebagai berikut :

Tabel 2.Ringkasan Hasil Evaluasi Menulis Cerpen pada Siklus II

No.Uraian                                        Hasil
1Skor Terendah                               :60
2Skor Tertinggi                               :90
3Rata-rata                                         :80,55
4Jumlah siswa yang tuntas        :29
5Jumlah siswa yang ikut tes       :36
6Persentase Ketuntasan Klasikal    :81 %

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilaksanakan dapat di simpulkan bahwa metode pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen  siswa  pada salah satu materi Bahasa Indonesia yaitu aspek  keterampilan menulis cerpen. 

Peningkatan tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai skor aktivitas belajar siswa dalam menulis cerpen, dan nilai rata-rata kelas serta tingkat ketuntasan secara klasikal pada tiap siklus mengalami peningkatan baik pada siklus I maupun siklus II.

Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat pula kami simpulkan bahwa: Penerapan Pendekatan Kontekstualdalam Upaya Meningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas IX  di MTsN Kota Padang Panjang Tahun Pelajaran 2021/2022 sangat relevan diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi  Karya Sastra. Malang: Sinar Baru
Aminuddin. 2002. Pengantar Aprseiasi Karya Sastra. Bandung: Algensindo.
Borko,H.,&Putnam,R.1998."The Role of Context in Teacher Learning and Teacher
Education." In Contextual Teaching and Learning: Preparing Teachers to Enhance Student Success in and Beyond School, pp. 35-74. ERIC, Columbus, Ohio, USA. (dalam
Pendekatan Kontekstual; Depdiknas:2002).
Johnson, Elaine B. 1990. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan Learning Center (MLC)
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Putaka Utama.
Merickel, Mark l. 1998. Authentic Assessment.  Corvallis, Oregon: Oregon State University (School of education).
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Semi, M. Atar. 1990. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.
Sounders, John. 1999. Contextually Based Learning: Fad or proven Practice. Texas, USA: CORD. Waco.
Sumardjo, Jakob & Sariani K.M,. 1994. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT GramediaPustaka Utama.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G. 2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahsa. Bandung:  Angkasa.
Tarigan, H.G. 1986. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan, H G. 1993. Prinsip -Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jaka
Washington State Consortium for CTL. 2001. Contextual Teaching and Learning. USA: STW.
Zakaria, Sofyan dan Sariani, 1990. Kamus Kecil Kesusastraan Indonesia. Jakarta: Erlangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun