Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen Siswa dengan Pendekatan Kontekstual

8 Juni 2022   14:17 Diperbarui: 21 April 2023   14:55 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

4.Keterapilan Menulis Cerpen

Aktivitas menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis sebab harus melalui latihan dan praktek yang gradual (berangsur-angsur) ,tekun, rajin, dan teratur karena menulis menuangkan gambaran lambang-lambang yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. 

Salah satu bentuk tulisan yang dapat dilatih kepada siswa menulis karya sastra dalam bentuk karya sastra fiksi cerpen. Untuk menulis cerpen ini, siswa harus memiliki tema berupa ide cerita atau gagasan yang akan dituangkan dalam tulisan.

Ide cerita atau gagasan cerita bisa muncul berdasarkan pengalaman hidup, permasalahan yang dialami, dan konflik yang terjadi baik pada diri siswa sendiri maupun teman, saudara, keluarga, atau masyarakat. Ide atau gagasan inilah nanti bakal cikal tema semua cerita.

Tema tersebut pula nanti yang akan menentukan cerita yang ditulis tersebut baik atau tidaknya cerita sesuai ciri cerpen yang baik, yaitu: cerpen yang dibuat harus bermakna, jelas, merupakan kesatuan yang bulat, singkat dan padat, serta mematuhi kaidah kebahsaan.

Adapun kaidah kebahasaan yang harus dipahami seorang  penulis cerpen adalah diksi atau pilihan kata, kalimat efektif, ejaan dan tanda baca yang dapat menberikan kejelasan bahasa tulis.

Hanya saja dalam keterampilan menulis cerpen kaidah kebahasaan tersebut tidaklah kaku untuk beberapa poin, seperti diksi dan pilihan kata dalam menulis karya sastra sangat relatif karena kita boleh menggunakan ragam diksi sesuai ragam bahasa yang ada dan tumbuh di tengah masyarakat kita. 

Misalnya kita menulis cerpen remaja, siswa boleh menggunakan diksi atau pilihan kata gaul, gue untuk aku, lu untuk kamu, dan lain-lain sesuai kontekstual cerita.
 

Namun, unsur kaidah lain tidak bisa diabaikan agar tulisan siswa baik dan mudah dikomunikasikan. Misal, tanda baca petik ("...."), koma (,), titik (.), seru (!), dan tanya (?). Semua tanda baca itu sangat urgen bagi seorang penulis dalam menuangkan gejolak emosi, senang, marah, terharu, tegang, bahagia, dan beriburasa lain sebagai ciri khas manusia yang mengalami beragam masalah atau konflik.

Semua rasa itu sangatlah tepat dituangkan dalam keterampilan menulis karya sastra fiksi cerpen karena inilah keunikan, keunggulan, ciri-ciri, dan kespesifikan  karya sastra. Semua itu tidak dimiliki ilmu-ilmu lain seperti eksakta.

Sebagai cerita fiksi atau rekaan, cerpen bentuknya relatif pendek meskipun ada juga yang relatif melanggar panjang karena cerpen hanya memusat pada  satu peristiwa pokok. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun