Tiap habis obat kemo,control kerumah sakit yang jaraknyapun sangat jauh dari kampung kami,memang cuman rumah sakit itu rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas untuk penderita kanker dan menyediakan untuk kemoterapi.
Akupun semakin sedih melihat kondisi mama,namun aku selalu salut dengan semangat juang mama untuk sembuh. Dia tak pernah mengeluh dengan sakit yang dideritannya,dia masih sanggup untuk tertawa bahkan disaat-saat ia dalam proses kemoterapi sekalipun,ia masih selalu aktif dalam hal mengajar disekolah.
Di rumah sakit Ahmad Mucthar Bukittinggi lah,mama tiap bentar control dan kemoterapi,mulai dari obat seleoda sampai obat kemo melalui infus.
Aku tau,setiap kemoterapi mama mengalami kesakitan yang luarbiasa,ia tak jarang juga mengatakan sakit dikemoterapi,namun dokter mengatakan kemoterapi untuk mencegah penyebaran sel kanker lebih besar lagi.rasanyaaku ingin benar-benar menggantikan mama melewati penderitaan yangdideritanya itu.
Kanker ganas yang semakin menggerogoti tubuhnya membuat ia semakin tidak berdaya lagi,bahkan harus terbaring lemah ditempat tidur.
Sampai suatu kali mama mengatakan ingin menyerah dengan keadaannya,mungkin mama juga sudah capek dengan semua obat-obatan itu,sudah capek kesana kemari untuk berobat. Sampai akhirnya beberapa waktu mama tidak mau dikemo lagi dengan sengaja melewati jadwal rutin pemeriksaan yang seharusnya dilakukan.
Kami anak-anaknya selalu menyemangati mama untuk tetap semangat dan berjuang untuk sembuh demi kami anak-anaknya.
Aku selalu menangis dalam hati melihat keadaan mama terbaring lemah,rasanya aku tidak sanggup melihat orang yang berarti dalam hidupku harus menderita sedemikian begini.
Suatu saat kala itu....
Mulailah Bapak pulang kerumah dengan alasan untuk merawat mama,tapi kami salah,ia pulang untuk membuat beban mama semakin bertambah.
Ia meninggalkan utang yang tidak kami tau,namun mama yang harus membayarnya. Ia semakin menyusahkan mama dengan tingkah lakunya,manusia yang tidak tau dimana hatinya itu,sanggup berbuat seperti itu kepada istrinya.