Disaat kak dewi meminta izin kepada mama untuk pergi kerumah suaminya dan menetap disana,saat itu jugalah pikiran mama semakin bertambah.
Dirumah,tinggal aku dan mama lagi.
Bagaimana bisa aku yang masih harus sekolah memperhatikan mama yang seperti itu keadaanya.
2 hari setelah kepergian kakak,mama mengalami demam tinggi dan tidak mau dibawa berobat kedokter dan kerumah sakit.
Selama 2 hari,demam mama tak kunjung turun. Sampai aku suruh kak dewi untuk pulang melihat mama.
Ternyata demam mama tadi bukan demam biasa,melainkan pertanda bahwa sel kanker yang ada ditubuhnya semakin meningkat.
Mamapun akhirnya dilarikan kerumah sakit umum daerah lubuksikaping,tapi para dokter tidak sanggup menangangi dikarenakan status pasien penderita kanker.
Dokter dari rumah sakit itu menyarankan agar mama dibawa ke rumahsakit besar yang lengkap peralatannya. Dokter memberikan surat rekomendasi untuk rumah sakit Umum Ibnu Jamiil Padang.
Di rumah sakit inilah mama dirawat beberapa hari,namun denyut nadinya dan ketahanan fisiknya,semakin hari semakin menurun,Dokterpun sudah angkat tangan,dalam artian bahwa harapan mama sembuh adalah muzizat.
Mendegar kabar itu dari kakak dewi,kak rini yang bekerja didumaipun pulang kepadang,disusul dengan abang ewin yang dari Kalimantan. Kami berempat anak-anaknya menyaksikan saat-saat mama menghembuskan nafas terakhirnya.
Kami sangat menderita,melihat sisa-sisa hidup mama harus mengalami kesakitan serta semua selang-selang terpasang ditubuhnya.