Ya Tuhan....betapa menderitanta mama itu.
Sampai akhir hidupnya pun ia tetap ingin mendengar dan melihat suaminya yang kurang ajar itu.
Jam 18.00 wib tepatnya hari kamis 19 Oktober 2017,Tuhan menjemput pulang mama kembali kerumahnya. Isak tangispun mewarnai ruangan itu. Aku sangat terpukul dan menderita sekali.
Padahal bulan oktober yang seharusnya bulan bahagia dalam hidupku karna dibulan itu aku berulang tahun,tapi malah menjadi ulang tahun tersedih yang mungkin tidak bisa aku lupakan.
Ingat beberapa waktu lalu,mama masih sempat menanyakan ulang tahunku nanti apa hadiahmu Nak?? Aku menjawab saat itu agar mama cepat sembuh,bisa memasak kue terenak untuk ulangtahunku dan kita merayakannya bersama-sama.
Mengapa semuanya terjadi Tuhan???mengapa semua ini menimpa kami??itu yang selalu aku pikirkan,rasanya Tuhan tidak adil dalam hidup kami.
Aku harus melewati masa-masa remajaku tanpa seorang Ibu.
Kami berempat memang harus benar-benar mandiri,kami mengurus semuanya mulai dari pemandian jenazah mama,ambulance dan biaya-biaya lainnya.
Anak-anak kecil ini harus dipaksa mandiri karna keadaan.
Dari Padang kami berangkat menuju rumah dipasaman,berada dalam mobil ambulance bersama jenazah mama. Sepanjang perjalanan hanya air matalah yang terus mengalir membasahi pipi dan bajuku. Aku masih tidak percaya,mama harus meninggalkanku anak bungsunya ini untuk selama-lamanya.
Jam 4 subuh,kami sampai dirumah. Disana sudah berkerumunan orang menangis dan memeluk kami,ada yang berteriak-teriak karna kagetnya mendengar kabar kepergiaan mama. Seluruh isi kampung datang untuk melayat mama dan menghantarkan mama keperistirahatannya terakhir.