Dengan berkata lembut maka akan diterima oleh telinga dan juga hati. Sedangkan tegas berarti penekanan pada komitmen yang tidak bisa ditawar. Terkadang prinsip kelembutan bisa disalah pahami dalam prakteknya. Misalnya ketika orang tua menerapkan kelembutan dalam pola asuh permisif yang berpusat pada kenyamanan anak atau menyenangkan hati (pleasing). Orang tua merasa tidak tega melihat anaknya sedih dan kesulitan, kecewa sehingga memilih ketegasan untuk tidak dipaparkan ke anak. Padahal sesekali anak perlu merasakan kecewa atau sesuatu yang tidak menyenangkan, maka akan tumbuh karakter baik dan anak bisa melihat dari sudut pandang yang lain yang dapat menambah pengalamannya dalam mengatasi kesulitan, menumbuhkan sikap resiliensi menjadi anak yang tangguh dan berdaya juang tinggi.
Kelembutan juga sering disalahpahami sebagai tindakan menyelamatkan (rescueing). sehingga anak terus-terusan terbiasa dibantu. Adakalanya anak perlu dikenalkan dengan kegagalan. Kelembutan dengan memberikan perlindungan dan intervensi berlebihan, padahal anak juga perlu dikenalkan dengan tantangan. Atau dengan kata lain, kelembutan ini sering disalahartikan dengan pempering atau memanjakan anak dengan kenyamanan berlebihan dan menuruti semua keinginan anak. Orang tua yang salah mengartikan kelembutan ini biasanya memberikan pilihan terlalu banyak. Ada kalanya anak juga harus diajarkan memilih dari sesuatu yang kurang ideal.
Bagaimana Penerapan Disiplin Positif Berdasarkan Rentang Usia Anak?Â
Perkembangan anak itu berbeda sesuai dengan rentang usianya. Menerapkan disiplin positif ini pun tidak dapat disamaratakan. Bagi anak usia 1-3 tahun tentu beda dengan anak usia 4-8 tahun, dan pasti berbeda juga dengan anak usia diatasnya. Disiplin positif ini bisa kita terapkan sejak kecil. Â
Bagi anak usia balita, buku cerita, tayangan visual (film kartun mendidik) masih efektif untuk membantu mengenalkan disiplin positif. Maksimalkan untuk mengeksplor karakter atau aturan mana yang akan dikenalkan, karena bisa jadi seiring bertambahnya usia mungkin kedepannya yang membuat anak tertarik sudah berbeda sehingga menjadi tidak efektif lagi. Buku, dongeng dan cerita ini secara penelitian memang bisa menjadi salah satu pintu masuk untuk menanamkan karakter baik bagi anak.
Persamaannya dalam semua rentang usia anak seperti pembahasan di atas adalah tiap anak mempunyai fitrah merdeka dan punya daya perintah internal. Misalnya saja balita yang masih suka bermain, tiba-tiba mainannya diambil reaksinya pasti langsung marah.
Bagi anak remaja usia 12-18 tahun, yang paling dominan di masa ini adalah peer education, apa tombol internal mereka yang sedang berkembang? Misalnya remaja sedang suka naik gunung, maka kemas  tombol passion-nya sisipin dengan tombol challenge kemudian adakah tombol benefit yang dapat dimainkan dari passionnya? Misalnya carikan mentor naik gunung yang dapat dicontoh. Intinya berikan pengalaman dan wawasan yang dekat dengan passionnya. Dengan tombol passion, kita dapat memasukkan berbagai karakter positif untuk anak kita.
Hal ini berlaku sama dengan rentang usia lainnya. Jadilah detektif untuk anak kita. Nah, caranya bagaimana?. Pengikatnya ada di komunikasi dan aturan bersama. Penerapan pola asuh demokratis ada beberapa prinsip yang selaras dengan penerapan disiplin positif ini, yaitu sama-sama memakai pendekatan komunikasi dan kesepakatan bersama.
Ketika sedari kecil anak sudah dikenalkan dan dibiasakan  dengan komunikasi yang positif, lalu diberikan ruang untuk menyampaikan pendapat dan belajar mengelola emosi dengan baik maka penerapan disiplin positif itu hanya perlu memejamkan mata saja, karena sudah terinternal dalam kebiasaan sehari-hari. Semakin dini dikenalkan disiplin positif akan membuat kita sebagai orang tua akan lebih membuat ritme keluarga menjadi lebih tenang dan mudah. Hal ini disebabkan karena anak belajar dari konsistensi dan pembiasaan. Ketika sudah terbiasa dari kecil, maka potensi untuk lebih sadar apa yang sedang dilakukan ini akan lebih bertumbuh seiring tambahnya usia. Di usia usia awal sebelum anak dikenalkan sekolah (tempat mereka belajar dengan aturan ketat yang dibuat selain aturan rumah), maka kenalkan aturan disipilin positif lebih ke memberikan fondasi awal lewat pembiasaan-pembiasaan.
Penerapan Disiplin Positif dengan Membuat Batasan dan Jadwal Bersama
Bagi anak yang mulai menginjak usia SD, kita dapat menerapkan disiplin positif dengan mencoba membuat Batasan dan jadwal bersama. Diskusi membuat jadwal dengan duduk bersama, membuat jadwal orang tua, jadwal anak bersama-sama. Kalau anak sudah tahu konsep jam maka bisa ditambahkan jam berapa dan aktivitasnya apa.  Coba cari tahu, apa yang sedang disukai anak. Kita dapat memakai tombol joy curiosity untuk memancing tombol perintah internalnya. Lalu selipkan atau kemas masalah manajemen waktu ini  dari sana. Misalnya buat batasan waktu, bahwa tidak bisa seharian anak bisa sepuasnya bermain. Mereka perlu makan, perlu mandi, perlu mengobrol juga dengan orang tua, teman dan saudara.