Apa yang dapat kita lakukan untuk menerapkan prinsip ini di rumah? Kuncinya adalah kenali anak lebih dalam. Jika anak haus perhatian, maka berikan perhatian lebih. Jika anak haus kekuasaan/ ingin memimpin/mendominasi, maka berikan otoritas, tanyakan tentang keputusan yang akan diambil. Jika anak merasa dendam (ingin melampiaskan sesuatu/ masa lalunya) maka kita perlu dampingi dalam membasuh luka masa lalunya, misalnya untuk anak korban bullying. Jika anak merasa minder/rendah diri, maka cobalah berikan kepercayaan dan dorongan.
6. Prinsip kendalikan diri, bukan kontrol orang lain
Prinsip mengendalikan diri sebelum mengendalikan orang lain ini yang nampaknya lumayan sulit untuk dilakukan oleh orang tua karena terkadang emosi negatif kita berasa ibarat setipis tissue. Terkadang kita pun tidak dapat atau tidak tahu bagaimana cara mengendalikan diri ketika emosi negatif melanda, tiba-tiba meledak begitu aja. Ketika anak bersikap yang mungkin diluar batas aturan kita, yang perlu diwaspadai pertama adalah pastikan posisi kita sudah di saklar emosi yang aman. Kenali saklar emosi diri, ambil jeda jika memang dirasa perlu.
Beberapa Langkah yang dapat kita lakukan untuk mengendalikan emosi negatif diantaranya:
- Terima: Terima semua emosi yang sedang dirasakan
- Amati: Amati bagaimana reaksi terhadap emosi tersebut
- Nikmati: Nikmati semua emosi, karena emosi adalah karunia Tuhan
- Yakin: Yakin kalau kita lebih kuat daripada emosi
- Aksi: Beraksi untuk mengendalikan emosi tersebut.
Aksi ini, dapat kita lakukan dengan aneka teknik pengendalian emosi, mulai dari latihan nafas, grounding, journaling, berhitung mundur dengan angka besar dan teknik-teknik manajemen emosi lainnya. Bagi yang beragama muslim mungkin sudah tidak asing dengan cara beristighfar, mengambil jeda sejenak dengan minum, duduk, mengambil posisi tiduran, wudhu, atau sholat. Jika dirasa diri sendiri sudah tak mampu mengendalikan, jangan segan untuk cari bantuan orang lain atau tenaga profesional.
7. Prinsip Lembut dan tegas (kind and firm)