Membuat batasan atau aturan bersama ini bisa kita lakukan dengan berdasarkan kesepakatan bersama/musyawarah, saling mendukung dan kerja sama. Namun dengan catatan jika itu terkait hal-hal yang mendesak terkait keselamatan, maka intervensi orang tua masih diperlukan. Contoh dalam membuat aturan bersama misalnya kita buat kesepakatan pembagian peran dalam kerja di rumah. Tiap hari minggu adik bertugas mengambil sprei dari semua kamar untuk dicuci, kakak bertugas membersihkan rumput di halaman, ayah bertanggung jawab dengan kebersihan kamar mandi dan ibu bertanggung jawab untuk area dapur. Ketika disepakati bersama, lengkap dengan konsekuensi logis dan juga dorongan maka kesadaran menjaga kebersihan rumah ini tidak perlu membuat ibu justru kelelahan tiap akhir pekan.
Kesimpulannya, masalah disiplin positif ini lebih ke masalah pembiasaan. Sebagai contoh penerapan prinsip kedua, ketika anak terbiasa dengan segala konsekuensi logis, sebelum anak melakukan sesuatu, anak akan terbiasa berpikir dulu sebelum bertindak. “Kalau bukunya dirobek, nanti aku juga yang sulit untuk memperbaiki. Kalau nanti aku tidak membereskan mainan, nanti aku juga yang sulit untuk mencari mainannya. Kalau aku bolos sekolah nanti aku juga yang sedih karena pasti dimarahi.”
Terkadang memang sulit untuk menerapkan prinsip-prinsip disiplin positif di atas, butuh konsistensi dan kerja sama yang baik kedua orang tua dan supporting system di sekitar kita. Ibarat impian setiap ibu menginginkan sosok ummi dalam kartun Nusa Rara yang terlihat sangat sempurna, namun apa daya realitanya kemampuan baru sebatas Kak Ros dalam Upin Ipin. Tetapi harapannya semoga Kak Rosnya masih mempunyai energi untuk belajar lebih baik lagi, agar anak tetap asyik dan seru main bersama.
Akhir kata, membiasakan disiplin positif ini kadang terasa seperti kita sedang mendorong mobil yang sedang mogok. Jika kita mendorongnya manual saja, pasti fisik atau kelelahan yang akan kita dapatkan. padahal mobil yang mogok itu adalah mobil yang super canggih, yang bahkan bisa melaju dengan sendirinya dengan kecepatan super. Mari kita berupaya menjadi orang tua yang tahu mana “tombol” yang dapat kita pencet supaya mobilnya bisa melaju kencang.
Salam positive parenting!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H