Mohon tunggu...
Resti Sulastri
Resti Sulastri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - MIPA 5

hello i’m student

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sesuatu Di Jogja

24 Februari 2022   17:54 Diperbarui: 24 Februari 2022   20:04 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Heh! hobi sekali sih melamun?”, tegur Clara sembari membuyarkan lamunannya. Anindya yang sangat terkejut hanya menghembuskan nafasnya lelah. Kenapa berbahasa Indonesia di Jerman? Ya, di jurusan yang ia pilih Anindya bersyukur mendapat teman satu negara dengannya. Tidak hanya Clara, tapi ada Dave dan juga Guntur. 

Clara adalah satu - satunya teman wanita yang berasal dari Indonesia. Suaranya melengking sekali, dan terkadang lamban. Tapi heran dia bisa masuk Universitas ini dengan kepintarannya yang diatas rata - 

rata. 

Guntur dan Dave, mereka seorang pria yang suka menggoda mahasiswi bule disini. Ada wanita bening sedikit langsung mereka dekati. Jangan tanya bagaimana rupa mereka, dengan kelakuan yang seperti itupun mereka ternyata mempunyai ketampanan yang luar biasa, bahkan tidak terkalahkan oleh pria Jerman lainnya. Karena satu kewarganegaraan, membuat mereka lebih mudah untuk akrab satu sama lain.

“Hidup ku kenapa begini ya Ra”, keluh Anindya.

“Hush! tidak boleh berbicara seperti itu Nin”, ucap Clara lagi.

“Bibi meninggalkan ku, aku tinggal sendiri di negara yang bahkan bukan tanah kelahiranku, negara asing”, isak Anindya yang mulai berkaca - kaca.

“Tidak apa - apa, kamu tidak sendiri Nin, ada kita yang akan selalu ada di sisi mu, kita juga yakin kamu bisa melewati ini semua”, sambung Guntur yang diikutin anggukan Dave. 

Mendengar ucapan Guntur, tangis Anindya semakin menjadi. Clara membawa ke pelukannya, guna memberi akses pundak agar Anindya bisa menangis sepuasnya. Dave dan Guntur ikut menenangkan dengan mengusap kepalanya prihatin. Tanpa disadari teman - temannya ikut meneteskan air mata.

Siapa yang bisa kuat diposisi Anindya sekarang. Bibi orang satu - satunya yang ia punya di dunia ini pergi meninggalkannya. Setahun lalu Bibi menderita penyakit kanker yang tidak diketahui sudah stadium 4. Dan rumah sakit dengan teknologi yang canggih pun sudah tidak bisa menyembuhkannya, hingga Bibi meninggal dunia. Jika diingat Bibi tidak pernah menunjukkan gejala atau sakit apapun. atau Anindya saja yang tidak tahu. Entahlah, ia hanya terus menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada Bibinya. Ia berfikir tidak perhatian dan menjaganya dengan baik. 

Padahal bibi kepada Anindya sangat over protektif, merawat dan menjaganya seperti kasih sayang ibu terhadap sang buah hati. Bibi adalah wanita single parents, suaminya pun meninggal karena serangan jantung, ia tidak punya anak. Itu sebabnya ia sangat menyayangi dan menganggapku sebagai anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun