Saat ini kami sedang menggelar pertemuan guna membuat strategi menumpas PKI. Tentunya pertemuan ini diadakan diam-diam agar tidak sampai terdengar ke telinga para pemberontak itu.
Ada pasukan dari Divisi Siliwangi, Kolonel Soengkono gubernur Jawa Timur, pasukan Mobil Brigade Besar (MBB) dibawah pimpinan M.Yasin, dan tentunya aku, Gatot Soebroto sebagai gubernur wilayah ll Semarang-Surakarta.
Hingga akhirnya terciptalah keputusan setelah berbagai perdebatan yang begitu melelahkan.
"Pemberontakan ini terjadi di Madiun, maka kita semua akan melancarkan strategi yang telah diputuskan. Pasukan dari Divisi I diikuti MBB akan menyerang dari sebelah Timur yang dipimpin oleh Kolonel Soengkono dan M.Yasin. Dari sebelah Barat, pasukan dari Divisi Siliwangi akan menyerang dibawah pimpinan ku sendiri. Semuanya siap?!!", komando dariku.
"SIAPPP!!", dengan serentak semua menjawab.
Panglima Soedirman berangkat ke pemerintahan untuk memberitahu bahwa kekuatan inti pasukan-pasukan PKI berhasil ditumpas dalam waktu 2 Minggu.
Tanggal 30 September 1948, kota Madiun dapat dikuasai. Hari ini pasukan dari arah Timur dan pasukan dari arah Barat akan melaksanakan strategi yang telah dibuat di Gedung Merdeka di Madiun.
"Ingat! berhati-hatilah! jangan salah strategi!",ucapku menginginkan.
Namun, pimpinan kelompok kiri dan beberapa pasukannya berhasil kabur, sehingga tidak dapat segera ditangkap.Â
"Arghhh!! kenapa mereka bisa kabur?!!"
Kemudian akhir bulan November 1948. Seorang prajurit anak buah mendatangi ku.