"MERDEKA..!!"
"MERDEKA..!!"
"MERDEKA..!!"
Sorak sorai seluruh rakyat Indonesia menyerukan kata tersebut. Tanda kemenangan dan keberhasilan perjuangan bangsa menumpas penjajah.
Setelah kemerdekaan, aku membentuk organisasi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan dipercaya menjadi Panglima Divisi ll, Panglima Corps Militer, dan Gubernur militer daerah Surakarta. Namun yang saat ini aku menjadi kepala siasat, berganti menjabat sebagai kepala divisi pangkat kolonel.
"Selamat!", atasan menjabat tanganku dengan bangga.Aku tersenyum.
"TKR ini akan menjadi cikal-bakal nama Tentara Nasional Indonesia yang ada kini!, ucap sang pemimpin dengan suara lantang. Dia. Kolonel Soedirman.
"PROK.. PROK.. PROK.. PROK.."
Suara riuhan tepuk tangan bergemuruh dilapangan dengan terharu mengingat perjuanganku dan para anak buah saat pertempuran Ambarawa.
Waktu cepat berlalu, tiba di tahun 1948. Mungkin Indonesia sudah merdeka dari para penjajah Belanda dan Jepang. Tapi belum merdeka dari rakyatnya sendiri.Saat itu tanah air sedang genting-gentingnya, karena terjadi pemberontakan besar-besaran oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) yang didalangi oleh Muso (DI/TII).
"Kita harus hati hati! Sungguh! aku sangat bingung. Bagaikan telur diujung tanduk. Kita tidak boleh salah kaprah maupun strategi! salah sedikit, bisa berbahaya bagi kita semua, apalagi PKI ini sedang mengintai para pasukan TNI.", ucap gubernur Jawa Timur.