"Aku tak peduli." Jawabnya tak acuh
Jun berlalu pergi menuju lantai atas, dengan menggandengku tentunya. Aku bersyukur kali ini ia tidak mencengkeramku.
Aku dibawa olehnya ke suatu kamar yang cukup luas, ralat! Memang luas seperti kamarku. Hufth mengingat kamarku, aku jadi rindu rumah dan ayah. Kami berdua masuk kedalam kamar tersebut, Jun menginstruksiku akan hal hal yang ada dikamar ini, mulai dari pakaian, kamar mandi, balkon, kapan aku harus mandi, dan hal paling gila yang ia perintahkan padaku adalah aku tak diperbolehkan keluar seorang diri dari rumah ini. Peraturan macam apa itu?! Bahkan dia hanya anak pemilik rumah ini tapi dia sok mengatur ngatur segalanya.
"Mandi dan istirahatlah, aku tak ingin kau kelelahan, karena besok kau harus menemaniku ke pesta." Titahnya padaku yang hanya terbalas anggukan
Dia berjalan mengarah ke pintu dengan langkah dingin mengintimidasi khas auranya, tiba tiba baru saja ia menjauh dariku beberapa meter, dia sudah berbalik badan dan mengatakan sesuatu lagi padaku
"Dan satu hal lagi, turunlah pada saat makan malam." Cicitnya lagi
"Aku pasti turun kebawah okay? Kau puas?" Jawabku dengan memutar bola mata kesal
"Dasar gila." Umpatku lirih
Ku kira umpatku tadi tak di dengar olehnya tapi....
 Wushhh....
Dia melesat sehingga sekarang ia tepat berada di depanku. Ia meraih tengkukku dan menciumku kasar, aku terperanjat kaget, Jun mengambil alih bibirku, bahkan dia seenaknya saja memainkan lidahnya didalam mulutku. Setelah beberapa saat ia melepaskan ciumannya, nafas kami berdua tersengal sengal lalu ia mengatakan satu hal padaku