Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Jengkol: Evolusi Gastronomi Masa Kini, Asam Jengkolat dan Fungsionalitas Komoditas

6 Juli 2024   12:06 Diperbarui: 16 Juli 2024   14:54 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya menikmati jengkol, untuk orang sunda di Tasikmalaya - Jawa Barat, hadirnya sajian jengkol adalah budaya hidangan makan yang selalu membersamai dengan lalapan dan sambal.

Namun seiring berjalannya waktu kebiasaan ini sudah jarang ditemukan karena ketersediaan jengkol tidak selalu tersedia pada berbagai musim, jadi harus menunggu bulan-bulan tertentu seperti akhir tahun biasanya jatuh pada bulan Desember hingga akhir Februari atau Maret.

Jengkol banyak dijual di pasaran dan harganya bisa murah meriah, sebaliknya jika jengkol sedang tidak musim maka akan ditemui fenomena harga jengkol menjadi melambung bahkan setara dengan harga 1 kg daging sapi seperti di Jakarta ini pada tahun 2018 Rp. 100.000/kg-nya.

Lantas, bagaimana evolusi gastronomi jengkol jika dihubungkan dengan relevansi masa kini?

Jengkol masih terus diminati jika melihat permintaan pasokan komoditas jengkol. Untuk sampai bisa dinikmati oleh berbagai kalangan evolusi gastronomi ini terus mengalami perubahan, jika dalam hidangan resep-resep jengkol yang berubah tidak hanya disajikan berupa semur jengkol atau jengkol balado saja, adanya paduan kreatif seperti: resep soto jengkol, kopi jengkol, tongseng jengkol, nasi goreng jengkol, pasta jengkol, mie jengkol, jengkol krispi dan olahan-olahan lain yang konsumen akan tertarik untuk mencobanya.

Hal ini juga menghilangkan jengkol dengan berbagai stigmanya, karena ketika konsumen menutup pengetahuan dan informasinya yang mentok (misalnya tidak ingin menikmati jengkol hanya karena setelah makan jengkol mulut menjadi bau dan tidak sedap).

Tentu saja hal ini kurang pengetahuan karena banyak antisipasi untuk mengurangi aroma tersebut setelah menikmatinya, artinya relevansi informasi untuk peningkatan konsumsi jengkol harus dibarengi oleh informasi baru tentang cara menikmati jengkol (sebelum dan setelahnya). 

Sajian jengkol masa kini sudah banyak berubah, hingga akhirnya jengkol untuk generasi millenial pada masa itu menjadi daya tarik penelitian untuk kepentingan organoleptiknya (metode penilaian bahan-bahan pangan yang melibatkan indera untuk mendefinisikan: aroma, rasa, warna, tekstur, dan penampilan/display yang mendukung kualitas produk pangan atau makanan). 

sumber gambar: dokumentasi pribadi 
sumber gambar: dokumentasi pribadi 

Ketertarikan Pribadi Meneliti Jengkol dan Penjelasan Asam Jengkolat 

Latar Belakang Meneliti (Alasan kuat mempertahankan jengkol di hadapan dewan penguji) 

Fondasi meneliti komoditas jengkol untuk selalu bisa dikreasikan karena sejak kecil memiliki pohon jengkol di kebun dan pada saat itu jengkol tidak banyak diminati karena aromanya maka dari situlah komoditas ini harus dinaikkan derajatnya baik dari pengembangan komoditasnya, manfaatnya, hingga uji coba pembuatan produk lainnya yang bisa dinikmati semua orang karena stigma aroma yang mau sudah mulai terlupakan karena kreativitas pengembangan produk yang dibuat.

Hal ini pun dicoba dengan meneliti: Pengaruh variasi penambahan jengkol untuk mutu dan kadar protein stik jengkol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun