Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Jengkol: Evolusi Gastronomi Masa Kini, Asam Jengkolat dan Fungsionalitas Komoditas

6 Juli 2024   12:06 Diperbarui: 16 Juli 2024   14:54 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi boomer andalannya boleh saja semur jengkol dan jengkol balado, tapi generasi millenial sudah tahap jengkol saus lada hitam, steak jengkol, perkedel jengkol dan saus jengkol.

Saking jengkol bisa jadi seenak itu ketika diolah dengan kecocokan bumbu dari kreativitas pengolahnya, ini gagasan menarik dimana tidak ada stagnansi bukan dalam mengolah komoditas jengkol. 

Mengapa jengkol tidak bisa ditemui setiap hari? Tentu karena jengkol adalah komoditas musiman dan belum ada yang bisa menyimpan jengkol sampai masa simpan/durasi penyimpanannya tahunan.

Namun ada teknik tradisional orang kampung yang masih menggunakan teknik "mengubur jengkol" untuk ketersediaan jengkol/stok jengkol untuk dinikmati ketika sudah tidak musim jengkol. 

Generasi sekarang ada yang suka jengkol, tidak? 

Evolusi Gastronomi Masa Kini Pada Sajian Jengkol 

Indonesia bahkan Asia Tenggara selalu punya komoditas pangan yang unik dan membuat berbagai kesan bahkan kontroversial katakanlah itu: durian, nangka, dan jengkol ini. 

Selalu ada saja khas otentiknya komoditas ini. Durian dengan aromanya dan rasanya yang tidak semua orang suka namun ada yang menikmatinya sampai menyediakan durian di berbagai musim karena memang merupakan penikmat durian, nangka dengan kontroversi dengan asam lambungnya, dan jengkol dengan aroma khas jengkol yang semerbak ketika setelah mencicipinya. 

Namun tidak usah underestimate/rendah diri juga ketika ingin menikmati jengkol, para pendahulu/penikmat jengkol sebelum generasi sekarang sudah mahir mengantisipasi dari beberapa ketidaknyamanan jengkol ini seperti: 

1. Teknik pengolahan jengkol agar tidak bau dimulai dari teknik perebusan, penggorengan, pemanggangan dan penyimpanan jengkol bahkan ada teknik perendaman khusus untuk menghilangkan bau/aroma jengkol, karena yang ingin dicicipi adalah rasa jengkolnya. 

2. Teknik memberikan bumbu pada jengkol, walaupun digoreng atau direbus saja sudah cukup, tapi para penikmat jengkol terdahulu pasti memiliki bumbu-bumbu rahasia bahkan andalan untuk mencocokan cita rasa jengkol sehingga menjadi nikmat jika disajikan dengan nasi dan sambal walau diolah secara sederhana. 

3. Pemilihan jengkol, ini sesuai preferensi ada yang suka jengkol muda, tua, atau setengah matang dengan selera masing-masing maka hal ini berpengaruh pada harga jengkol di pasaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun