"JIWA-JIWA MATARAM AKAN SELALU BERSAMA KALIAN! JIWA-JIWA SAMUDERA DAN PALEMBANG DARUSSALAM! SERTA MALAKA YANG TELAH LEBIH DAHULU MEMBELA KALIAN!"
"KAMI ADALAH SAUDARA-SAUDARA KALIAN! TERUSKANLAH PERJUANGAN KESULTANAN MAMLUK UNTUK DAPAT BERDIRI TEGAK!"
"MENJULANG TINGGI DI NUSANTARA RAYA INI ATAS IZIN ALLAH!"
      Teriakan takbir sudah tak terbendung lagi, dari belakang sangat keras terdengar, di tengah apalagi, dan di depan hampir semuanya berdiri, termasuk Sudirman, Abdi, dan Dalem. Tangan kanan mereka teracung ke atas, rasa yang sama ketika mereka mendengar setiap kali Diponegoro berpidato. Seluruh ruangan seperti bersatu, energi yang besar berkumpul di sana.
      Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan pintu dan langkah-langkah kaki, Ario Damar pun masuk bersama beberapa orang prajurit.
      "Mereka telah tiba, tiga puluh kapal perang tambahan dari Parahiyangan, Tiga puluh lima kapal perang Nusa, Dua puluh tujuh kapal perang Gowa-Tallo dan satu kapal Samudera."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H