"Tamu-tamu kita yang berasal dari Samudera dan Palembang Darussalam diserang musuh," semua kuping seakan menajam.
      "Dengan tipu dayanya musuh berhasil membakar lima dari sembilan kapal yang akan berlabuh di Morotai,"
"sehingga mengakibatkan kerugian besar termasuk di dalamnya korban jiwa yang untungnya berhasil diminimalisir,"
"berkat kerjasama yang bagus antara Komandan Hassan dan Kapten Malamo."
      Seluruh mata menuju keduanya,
"saudara-saudaraku tamu adalah hal pertama yang harus kita jaga dan lindungi, apalagi kita yang mengundang mereka kemari!"
      "Maka dari itu, jika setelah ini para tamu kita ingin menuntut balas, kita harus ikut! Kita harus dukung! Dan kita harus bersama mereka membalaskan apa yang terjadi," Sultan Mamluk berhenti. Suasana yang hening benar-benar terasa.
      "Pusat Kesultanan sementara akan berada di Morotai dan seluruh kegiatan akan berjalan dengan komando dari sini."
      Ia pun duduk dan melihat ke arah Diponegoro, yang dengan instingnya segera melihat kembali ke arah Kolano Mandarsyah yang paling tua.
      "Tidak, sudah disampaikan semua oleh anakku Nuku, giliranmu nak," ucap Mandarsyah dengan seluruh kebijaksanaan yang dimilikinya.
      Diponegoro berdiri, melihat sekeliling dan mengucapkan salam yang segera dibalas oleh seluruh yang hadir.