Ia pun menaruh telapak tangan di dahi, tak bisakah kita menyelamatkan mereka?
      "Meriam siap Panglima, kita memiliki cukup banyak di pelabuhan, tapi tidak ada yang bisa membawanya untuk menyerang..."
      "BUKAN! Bukan itu! Kita tidak bisa menyelamatkan mereka kalau begitu..."
      "Ah! Kalau saja.. Tapi acara itu..."
      Tiba-tiba terdengar suara dentuman di depan, dari jauh, bahkan terdengar msekipun sangat kecil dari dalam mercusuar. Beberapa lagi suara dentuman terdengar berurutan.
      "Gawat! Mereka bisa tenggelam! Tapi..." Ia melihat ke jendela, dua bintik terang kecil terlihat sekarang namun sekejap hilang karena lampu mercusuar telah menyala kembali.
      "Tapi kita bisa membawa meriam ke kapal angkut penumpang..." idenya sejenak tertahan suara prajurit yang tadi menghidupkan lampu di atas.
"KEMBANG API! PANGLIMA! ADA KEMBANG API!"
      "Ah, ternyata kembang api, kupikir habis sudah riwayat mereka..." ucap Malamo sambil menghela nafas.
      "Paling tidak mereka sudah sadar apa yang terjadi," berpikir untuk segera melaksanakan idenya, panglima Malamo menyuruh kedua orang yang berada di ruang mercusuar untuk membangunkan prajurit-prajurit lain dan segera mengumpulkan semua meriam yang ada.
      "Se.. semuanya panglima?"