"Maksimal kire-kire tujuh hari perjalanan. Seluruh pakan disini dibuat fermentasi jadi tahan enam bulan di dalam drum. Nah, tapi ombak tak terase payah, kondisi cuace pun bagus, InsyaAllah sangat cukup sampai tujuan," jelas Pak Affar.
      "Oh iye, ini sambil nyari domba yang agak gemuk buat kalian berdua malam ni," tiba-tiba muka Abdi memerah dan Dalem hanya batuk-batuk pelan.
      "Ayo la, kite cari di rak tujuh puluh sembilan, di sane gemuk-gemuk tampaknye tadi seingat saye," mereka pun berjalan menuju rak-rak di tengah. Suara embikan domba menemani mereka selama berjalan. Udara pun terasa lebih dingin seiring dengan makin jauhnya mereka melewati rak-rak yang dipasang. Berbeda-beda memang antara rak satu dengan yang lain, ada rak yang didominasi domba kurus dan ada yang gemuk, namun begitu sampai di rak nomor tujuh puluh sembilan barulah mereka yakin Pak Affar tidak memiliki maksud jahat sedikitpun.
      "Wah, memang gemuk-gemuk," mata Dalem termanjakan dengan pilihan yang begitu banyak.
      "Iye lah, pasti saye pilihkan domba yang siap jual, bukan yang masih perlu digemukkan," ujar Pak Affar.
      "Ee.. anu Pak Affar tadi kok ada kembalian dua dirham ya ?" Abdi tiba-tiba menanyakan transaksi mereka ketika membeli domba.
      "Hmm.. due dirham Malaka ke tadi yang aku kasih ke kau Dalem?" tanya Pak Affar.
      "Iya betul Pak Affar.. ini.. sebentar..." Dalem mencari di kantongnya.
      "Tak usah, memang benar, karena satu dinar Malaka kan beza karatnye same satu dinar Mataram," jelas Pak Affar segera.
      "Hah? Eh.. beda ya..." tanya Abdi.
      "Haha, harusnya kalian sudah tahu, dan haruslah tahu."