Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan Abdi Dalem (Bagian 17, Malaka) - Berangkat

30 Maret 2024   05:25 Diperbarui: 30 Maret 2024   05:26 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: editan penulis sendiri dari bahan di freepik.com

            "Alhamdulillah, tidak salah kami memutuskan untuk membeli domba kalau begitu..." mata Dalem melihat sekilas ke arah Abdi yang hanya tersenyum kecut.

            Tak banyak yang diperbincangkan setelah itu. Seusai menyantap makanan mereka bertiga segera menunaikan sholat magrib yang dijamak dengan sholat isya' karena sedang dalam perjalanan.

            Kompartemen Abdi dan Dalem ada di tempat tamu di bagian atas dek. Baru kali ini mereka membayar untuk kamar yang lebih 'mewah' dari biasanya. Ada dua ranjang yang cukup luas dan kamar mandi pun tersedia di dalam. Malam ini keduanya sangat pulas beristirahat, seolah-olah tak pernah terjadi peperangan di laut dan mereka pun tak pernah menaiki sekoci kecil dan mendayungnya sangat jauh untuk menyelamatkan diri...

                                                                                    ~

            Lima hari pun berlalu, tidak banyak yang terjadi di hari-hari berikutnya. Abdi dan Dalem hanya bertukar cerita saja dengan Pak Affar mengenai perjalanan mereka ke Samudera, pelajaran yang mereka ambil dari Imam Hassan dan tenyata Malaka sering sekali mengadakan perjalanan ke sana, begitu pun pula sebaliknya. Banyak pemuda Samudera pergi belajar ke Malaka selain kapal dagang yang rutin hilir mudik setiap awal bulan. Rupanya ketika Abdi dan Dalem berkunjung ke sana tidak bertepatan dengan kunjungan kapal-kapal dari Malaka, karena mereka datang pada tengah bulan. Pak Affar bercerita pengalamannya sendiri ketika masih muda dahulu berkunjung ke Samudera, satu-satunya Negeri di Nusantara yang benar-benar gigih mempertahankan hukum Allah untuk dapat ditegakkan.

            "Negeri yang elok nian, tak pernah menyerah pade kekufuran..." ujarnya.

            "Iya, benar itu Pak Affar. Kami sudah mencatat sejarahnya yang panjang..." Abdi mencari buku kecil di tas.

            "Tapi Malaka juga terkenal keindahannya kok, kami dulu hanya mendengarnya saja. Makanya sekarang benar-benar bersyukur bisa bersama Pak Affar menuju Malaka," ucap Dalem.

            "Negeri dongeng dari utara Nusantara," tambahnya lagi, diiringi senyum Abdi yang sudah menemukan catatannya.

            "Ah, bise saje kalian nii..."

            Tak banyak yang bisa dilakukan Abdi setelah sholat Isya' selain menikmati luasnya kompartemen sambil memandangi langit malam. Sementara itu Dalem bolak-balik ke kamar mandi, yang untungnya berada di dalam kamar mereka sendiri. Ia terlalu banyak menyantap cabai selain tentu saja porsi makannya yang besar, apalagi daging domba malam ini dibuat seperti masakan padang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun