Tidak lama kemudian, Tio yang bermaksud mencari dan meminta bantuan Yohan untuk membawa korban luka ke fasilitas kesehatan kampus, menemukannya terkapar di lantai tak sadarkan diri dengan kepala tergenang darahnya sendiri.
Tio tersentak dari lamunan. Lagu kebangsaan atau Anthem Liga Champion membawa pikirannya kembali ke kafe.
Pertandingan akan segera dimulai. Biasanya ini saat yang paling dinanti-nanti Tio, di mana Yohan akan berdiri di depan dan mengiringi Instrumen tersebut dengan melakukan gerakan seorang konduktor yang sedang memandu orkestra.
Gelombang emosi perlahan memenuhi dirinya. Air mata mengalir deras seiring kenangannya tentang Yohan, teman rasa saudara.
Di pengujung instrumen anthem tersebut, ia seperti mendapat sebuah ilham yang membangkitkan sebuah emosi baru yang berbeda sama sekali.
Emosi yang rasanya sangat melegakan, emosi yang membuatnya tersenyum lagi untuk pertama kali dari sejak minggu lalu.
Dalam hati ia berdoa "Tuhan, terima kasih telah memberikan teman terbaik dalam hidupku, teman yang mengajarkanku tentang simfoni kehidupan....Jika keputusan-Mu berbeda dengan inginku maka aku tetap akan menerimanya dengan fairplay"
Tio akhirnya mengerti bahwa ada pelajaran berharga dari semua kesesakan ini. Bahwa Tuhan memiliki rancangan indah untuk setiap kejadian buruk. Yang harus dilakukannya adalah melakukan bagiannya dan biarkan waktu bekerja sesuai rencana-Nya.
Dia sudah tahu bagiannya.
Berpidato besok, dan biarkan waktu bekerja.
**************************************************************************