Kepala mereka saling memandang. Tanpa instruksi, mereka saling berpelukan dan memaafkan satu sama lain. Tidak ada yang rela melepas kebersamaan yang selama ini telah terjalin.
5 menit berlalu.
5 menit, Tio telah selesai memainkan biolanya.
Ia berjalan turun dari mimbar tanpa sepatah kata pun. Sedikit membungkuk, ia mengangguk tanda terima kasih. Pidatonya telah selesai.
Musik mempunyai cara tersendiri dalam berbicara. Tanpa sepenggal lirik, musik Tio telah menyampaikan apa yang perlu disampaikannya.
Tak ada yang peduli --atau barangkali tidak menyadari-- untuk melihat keanehan dalam pidatonya, bahwa bagaimana instrumen musik pembuka sebuah pertandingan olahraga di Eropa mampu memberikan inspirasi yang mendalam tentang kebersamaan dan sportivitas di sebuah lembaga pendidikan yang terletak di benua Asia yang berbeda kultur dan berjarak ribuan kilometer?
BARANGKALI MEMANG BENAR BAHWA MUSIK BERSIFAT UNIVERSAL DAN MULTIDIMENSIONAL.
Tak ingin berpikir lebih mendalam lagi, Tio segera turun dari panggung untuk menyalami mahasiswa lain di aula.
******************************************************
"Cerita apa yang kau bawa untuknya hari ini?" Tanya Omi menyambut kedatangannya dengan senyum hangat.
"ah....cerita yang kutulis sendiri.." Balas Tio seraya menyerahkan naskah cerita yang dicetaknya di atas kertas Folio dan dijepit sederhana menggunakan staples kepada Omi.