Yohan selalu hadir ke acara tersebut mengenakan kaos dengan tulisan tulisan dan logo Liga Champions di tengah depan  kaos dan  logo dan slogan FIFA (Federasi Sepak Bola Internasional) yang berbunyi "My game is fair play" di sebelah kiri bawah.
Tapi, bukan itu yang menarik dari Yohan di acara tersebut, bertindak sebagai penanggungjawab, ia selalu membuka dan menutup acara dengan humor cerdas yang mengundang tawa riuh di malam nobar sehingga meski mendukung tim yang berbeda, tidak pernah ada percecokan antar pendukung klub peserta Liga Champions di kafe tersebut.
Setiap orang menikmati kebersamaan di dalam perbedaan.
Yohan seperti mempunyai sihir tersendiri untuk membawa motto fairplay FIFA ke luar lapangan.
Ia adalah maestro pemersatu yang terlahir dengan instrumen perdamaian.
Ia adalah ikon tak resmi malam nobar Liga Champions mahasiswa UMS.
Bermula dari sekelompok kecil, kini acara nobar dihadiri oleh hampir semua mahasiswa UMS penikmat sepakbola setiap selasa dan rabu malam, kecuali pada saat minggu-minggu ujian semester.
Bahkan tidak sedikit juga penikmat sepakbola baru dengan adanya acaara ini.
Tio misalnya, awalnya ia tidak pernah mengerti tentang kesenangan menonton sebuah olahraga yang mempertontonkan 22 orang laki-laki dewasa berlari memperebutkan satu bola selama 90 menit, baginya sepakbola adalah olahraga yang terlalu kekanak-kanakan.
Tapi, karena ajakan Yohan, ia akhirnya mulai menikmati acara tersebut.
Atau atmosfer kebersamaan dari acara tersebut, barangkali.