Mohon tunggu...
Ratu Adil
Ratu Adil Mohon Tunggu... -

Political and Corporate Spy with 15 Years Experience.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kasus Obor Rakyat Penentu Nasib Kapolri

8 Juni 2016   14:38 Diperbarui: 8 Juni 2016   14:47 3027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transkrip Papa Minta Saham Hlm 17

Umumnya, sang kandidat yang jadi sasaran serangan menilai aksi tuntutan mencerminkan sikap emosional. Artinya, menuntut soalan kampanye miring tidak mencerminkan sikap kedewasaan dan kepemimpinan. Bagi masyarakat Barat, calon pemimpin yang emosional terhadap isu Pilpres, sama saja tidak percaya calon rakyatnya mampu menyaring informasi miring.

Masyarakat negara demokrasi umumnya menempatkan pola pikir seperti itu dalam menilai Kepemimpinan. Pemimpin yang sibuk membela diri, dianggap bukan pemimpin yang bekerja. Pemimpin yang tidak percaya rakyatnya mampu menyaring info-info miring, dianggap bukan pemimpin untuk dipercaya.

Sederhananya, masyarakat demokratis melihat fungsi Pemimpin untuk mengelola urusan besar, bukan urusan pribadi. Hinaan, celaan, gosip, fitnah selama Pilpres dinilai masyarakat demokratis sebagai urusan keseharian dan pribadi. Masyarakat demokratis sadar betul bahwa citra baik dan buruk terhadap seseorang tidak terhindarkan. Bagi masyarakat demokratis, menangani urusan hinaan, celaan, pujian dan sebagainya merupakan bagian dari aktivitas keseharian seorang manusia. Oleh karenanya, masyarakat demokratis cenderung menolak pemimpin yang tidak menunjukkan kemampuan urusan keseharian. Jika calon pemimpin masih emosional dan repot menangani urusan keseharian, disimpulkan tak mampu mengelola hal yang lebih kompleks.

Itulah kenapa banyak isu-isu miring yang liar beredar selama Pilpres, jarang sekali masuk proses hukum. Beberapa kasus yang masuk meja hijau pun, dinilai pengamat politik Barat sebagai pilihan terakhir rebut panggung di saat prospek suara menurun. Jadi, hampir tidak ada yang betul-betul repot bawa masalah isu miring ke meja hijau karena persoalan ‘Dihina’, ‘Dicela’ dan sebagainya.

Sekarang anda bandingkan saja, pakai kacamata moral pun boleh. Mana yang lebih kasar, ulasan miring cetak (Obor Rakyat) tentang Jokowi atau beredarnya Foto Bugil Istri Donald Trump?

Agar lebih menghayati, saya balik, mana lebih kasar antara ulasan miring cetak (anggap ada Obor Rakyat di AS) tentang Donald Trump atau beredarnya foto bugil istri Jokowi?

Contoh lain. Kandidat Republik James Blaine menuduh pesaingnya Grover Cleveland memiliki anak dari istri tak sah. Dituangkan pula jadi slogan cetak : “Mom, Where’s my Dad? Gone to the White House, Ha Ha Ha.” Ketika akhirnya Cleveland menang Pilpres, ia hanya membalas : “He did go to the White House. Ha ha ha”

Masyarakat pun semuanya tertawa dan memaklumi. Bagi mereka, kalau pun Cleveland punya anak dari istri tak sah, lantas apa masalahnya? Tidak melulu orang yang gagal kelola rumah tangga berarti tidak mampu bekerja untuk masyarakat. Jadi, masyarakat AS lalu tidak memusingkan kebenaran isu miring itu. Dianggap ‘Bumbu Pilpres’ saja.

Kalau kita tulis ulang ke iklim Pilpres 2014. Misalkan Prabowo tuduh Jokowi punya anak dari selingkuhan. Lalu Prabowo luncurkan slogan : “Bu, dimana Ayahku? Ayah menghilang di Istana. Ha Ha Ha.” Lalu Jokowi menang dan membalas hinaan lawannya dengan kalimat : “Ayah beneran di Istana Negara sekarang. Ha Ha Ha.”

Lebih enak toh ketimbang repot-repot tuntut ke pengadilan?

Ada puluhan contoh kampanye miring di negara-negara penganut Demokrasi yang jauh lebih parah dibanding sekedar isu Obor Rakyat. Inti Obor Rakyat hanyalah mempertajam hipotesis ketika itu, bahwa ada jaringan Taipan Tionghoa, jaringan Katolik dan garis darah PKI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun