Mohon tunggu...
BANYU BIRU
BANYU BIRU Mohon Tunggu... Guru - Guru | Pecandu Fiksi

Orang yang benar-benar bisa merendahkanmu adalah dirimu sendiri. Fokus pada apa yang kamu mulai. Jangan berhenti, selesaikan pertandinganmu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Sepasang Mata di Kebun Karet

4 September 2022   14:31 Diperbarui: 4 September 2022   14:39 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Ayah tidak langsung menjawab. Ia menunduk lalu berkata pelan, "Mereka melaporkan kejadian itu kepada sang Raja. Raja berjanji akan menolong mereka dengan menyebarkan sayembara dengan hukuman yang seberat-beratnya kepada pelaku dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pemenang sayembara," kata Ayah.

            "Apa isi sayembaranya?" tanyaku.

Ayah berdehem. Ayah siap-siap untuk memperagakan seorang prajurit istana yang gagah sedang membacakan sayembara. Diambilnya buku cerita yang sempat kuletakkan di kasur. Dengan suara lantang ayah berkata, "Negeri kita dikenal sebagai negeri yang aman dan damai. Namun, belakangan ini tersiar bahwa seorang penculik sedang berkeliaran dan menculik putri-putri siluman burung yang berdiam di wilayah perkebunan. Barang siapa berhasil menemukan dan menangkap penculik tersebut, ia akan dijadikan sebagai penasehat kerajaan dan menjadi orang kepercayaan kerajaan seumur hidupnya. Sedangkan penculik akan diberikan hukuman yang seberat-beratnya hingga menemui ajalnya."

Aku bertepuk tangan kegirangan. Bukan karena pembacaan sayembaranya, tetapi aku Ayahku yang sebenarnya sudah kembali. Sang pendogeng ulung yang selalu kunantikan kedatangannya beberapa malam terakhir.

Ayah mendekatkan wajahnya tepat di depan wajahku. "Kau ingin tahu hal yang paling mengejutkan seluruh negeri?" tanya ayah dengan mengernyitkan dahinya, sehingga tampak beberpa lengkungan disana.

"Apa?" tanyaku.

"Ternyata pelaku yang sedang mereka cari-cari, tak lain adalah Raja sendiri," bisik Ayah. Itu membuatku benar-benar terkejut.

"Loh, kok bisa? Bukankah hubungan Raja justru sangat baik dengan mereka?" tanyaku tidak percaya.

Ayah membetulkan posisinya lagi. Wajahnya berubah sedih lagi. Dengan tatapan lemah matanya diarahkan kepadaku, "Itu masalahnya. Kebaikan sang Raja ternyata menjadi topeng untuk menyembunyikan kejahatannya." tegas Ayah.

Entah apa yang merasuki pikiran sang Raja, saat hubungannya semakin dekat dengan warga siluman burung, timbul ambisi untuk memiliki putri-putri siluman yang cantik itu. Ia gelap mata. Ia menculik beberapa dari antara mereka dan memboyong mereka ke istana. Di dalam istana, ia menyembunyikan mereka di dalam ruang bawah tanah. Informasi itu tersebar dari mulut ke mulut para pekerja. Hampir semua orang mempercayai cerita tersebut tetapi tidak ada seorangpun yang berani untuk buka suara.

"Loh, kok bisa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun