Mohon tunggu...
Rani Febrina Putri
Rani Febrina Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate, Bachelor of Food Technology | Fiction Enthusiast |

Penyuka fiksi dalam puisi, cerpen, dan novel. Hobi belajar dari buku-buku yang dibaca, orang-orang yang ditemui, lagu-lagu yang didengar, dan tempat-tempat yang dikunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Alat Penjelajah Waktu

29 Oktober 2023   19:43 Diperbarui: 2 November 2023   00:06 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi waktu. (Sumber gambar: unsplash.com/Djim Loic)

Saat ia tak bisa menemukan apapun lagi selain yang tadi ia lihat, ia pun menutup, melipat, dan meletakkan benda itu ke sofa, seperti yang ayahnya sering lakukan.

Maria menarik napas sambil menutup mata, lalu mengembuskannya perlahan. Bersamaan dengan itu, ayahnya menggenggam tangan dan merengkuh bahu Maria.

"Maria, satu pemuda bisa menggerakan seribu pemuda kalau dia punya tekad. Kamu ingat perkataan Ir. Soekarno?"

"Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia," jawab Maria.

"Kamu bisa menjadi salah satu dari 10 pemuda itu bukan?"

Maria termenung. Perkataan ayahnya benar. Tidak seharusnya dia putus asa sekarang. Ambisi dan tekadnya akhirnya membara lagi setelah sempat menjadi arang.

Maria akhirnya mengangguk mantap. Tekadnya bulat sekarang setelah ia melakukan perjalanan waktu ke tahun 2045. Dia tidak ingin Indonesia masih menjadi seperti sekarang di tahun emas ulang tahunnya yang ke seratus. 

Dia harus mengubah bangsa ini, dimulai dari dirinya sendiri. Dia harus bertekad, semangat, dan belajar dengan giat lalu mulai memimpin dirinya sendiri, sebelum ia menjadi pemimpin bangsa.

Maria dan ayahnya pun melengkungkan bibir bersama. Mereka harus segera merencanakan kuliah di universitas swasta sebelum masa-masa pendaftarannya ditutup. 

Maria melirik pada alat penjelajah waktu yang tergeletak di sofa. Tiap helainya melambai pelan diterpa embusan angin yang masuk dari jendela besar di ruang itu. 

Maria tersenyum sambil membaca, "Indonesia Emas Tahun 2045 dan Semua Pengharapannya Takkan Terwujud Jika Generasi Emas Tak Dilahirkan". Sebaris kalimat yang tertera di halaman pertama koran yang dibaca ayahnya tadi. Headline berita terketik jelas dengan huruf besar berwarna hitam di atas kertas abu-abu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun