Mohon tunggu...
Rani Febrina Putri
Rani Febrina Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate, Bachelor of Food Technology | Fiction Enthusiast |

Penyuka fiksi dalam puisi, cerpen, dan novel. Hobi belajar dari buku-buku yang dibaca, orang-orang yang ditemui, lagu-lagu yang didengar, dan tempat-tempat yang dikunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Alat Penjelajah Waktu

29 Oktober 2023   19:43 Diperbarui: 2 November 2023   00:06 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi waktu. (Sumber gambar: unsplash.com/Djim Loic)

Jam dinding terus berdetak menggerakkan dua jarumnya. Suaranya nyaring bagi cicak-cicak yang melintas di dekatnya. Keramaian cicak yang mengeluh berisik tak mengoyakkan lamunan Maria sedari tiga puluh menit yang lalu. Ia sedang bimbang dan putus asa, mau ke mana lagi ia harus mendaftar kuliah. 

Rasanya ia sudah berusaha untuk bisa diterima di universitas bergengsi, namun semua menolaknya. Dia berada di ambang keputusasaan. Keinginan untuk tidak kuliah pun terlintas di pikirannya, mondar-mandir mengganggu kerja otak Maria.

"Kalau kamu tidak kuliah, mau ngapain? Bukankah kamu mau ikut andil dalam Indonesia emas tahun 2045 kelak?"

Pertanyaan ayahnya itu baru semalam diucapkan saat makan malam. Sedetik sejak pertanyaan itu meluncur dari mulut ayahnya yang sambil mengunyah itu, Maria tak henti-hentinya memikirkannya hingga pagi ini. Kini keinginannya untuk tidak kuliah makin beradu dan bergulat bersamaan perkataan ayahnya itu.

Kini memang sedang maraknya pembicaraan terkait Indonesia emas di tahun 2045 yang akan menjadi momentum besar karena Indonesia mencapai satu abad umur kemerdekaannya. 

Sebagai seorang pelajar yang ambisius dan kritis di bidang pemerintahan dan kenegaraan, Maria berambisi untuk bisa menjadi generasi emas di tahun tersebut. 

Ia ingin ikut andil dalam perwujudan tahun emas itu. Ia sudah muak dengan isu-isu permasalahan di negara yang saat ini belum juga mereda. Isu kesenjangan ekonomi semakin memperluas lingkaran kemiskinan.

Pemulihan telah diusahakan namun tidak menyentuh akar permasalahan secara merata sehingga menyebabkan jurang ketimpangan si kaya dan si miskin semakin melebar. 

Ketimpangan pendidikan juga menjadi isu signifikan yang kerap mencekik Indonesia siang dan malam. Pemerataan pendidikan masih kurang terutama antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Selain itu, banyak pengangguran yang masih berpangku pada selembar ijazah dan mengais informasi lowongan pekerjaan di mana saja. Menjamurnya intoleransi umat beragama dan antar suku budaya juga menjadi krisis saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun