"Kenapa kamu panik? Ada rahasia di kertas-kertasmu itu?" Aku memberanikan bertanya setelah situasi sedikit mencair.
   "Hah? Hmm, eh, eng, ya, hmm, emang ada sih!" jawab Devan gelagapan namun akhirnya mengaku.
   "Rahasia apa?"
  "Udah kubilang kalo rahasia ya rahasia, Cerah."
   "Dev, nggak mungkin kan apa yang ada di pikiranku sekarang ini benar?" Aku memikirkan Devanlah pengagum rahasiaku. Dia sengaja menyembunyikan tulisannya agar tidak ketahuan.
   "Hah?" Devan justru tertawa.
Aku tetap bertampang serius. Menunggu jawabannya.
   "Aku nggak bisa baca pikiranmu."
   "Kamu pengagum rahasiaku. Kamu bekerjasama dengan Riko kan? Kalian bersandiwara dan menjadi dalang di balik semua ini."
Devan tertawa lagi. "Aku memang punya rahasia, tetapi bukan kekagumanku yang aku rahasiakan dari kamu."
   "Terus?"