"Cerah," ujarku menyebutkan nama sambil mengulurkan tangan ke Riko. Devan di hadapanku tampak mengernyit. Mungkin dia heran baru pernah melihatku berkenalan duluan, dengan lelaki pula.
   "Barangkali pengagum rahasianya belum tahu namaku," lanjutku lagi setelah Riko membalas uluran tanganku dan menyebutkan namanya. Perkenalan itu berlanjut ke Devan. Ia ikut-ikutan menjabat tangan Riko dan mereka berpandangan sejenak. Mata mereka seolah berbicara, tetapi aku tidak bisa mendengarnya. Aku tidak peduli. Aku bergegas membuka secarik kertas di balik piring french fries.
Ternyata kamu suka french friesnya. Besok kamu harus coba menu lain, biar aku yang pesankan.
Aku tersenyum. Devan yang sedari tadi memperhatikanku setelah drama perkenalannya dengan Riko, menyentil jemariku pelan yang kuletakkan di sisi botol mineral.
   "Ternyata kamu suka kentang," celutuk Devan. Aku diam.
   "Besok kamu harus mencoba pancakenya. Aku yang traktir!"
Aku berusaha menyembunyikan rasa kagetku. Kalimat-kalimat Devan seperti bentuk lain dari tulisan yang ada di secarik kertas dari pengagum rahasia itu.
**
   Esoknya, aku dan Devan kembali berkencan ganda bersama pacar kami masing-masing. Devan menepati ucapannya yang akan mentraktirku pancake. Riko mengantarkan pesanan kami seperti biasa, kali ini ada menu es krim yang mendarat di meja kami tanpa kami memesannya.
   "Es krim dari pengagum rahasia lagi?" tanyaku.
Riko mengangguk, "Saya sudah memberitahunya tentang nama Kakak."