Mohon tunggu...
Rana Setiana
Rana Setiana Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Ngobrol diskusi santai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berbayang Bayangan 1

2 September 2024   17:46 Diperbarui: 2 September 2024   17:52 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dari pojok jendela rumah, Isma melongok keluar. Dalam dingin Ia merindu, saat-saat seperti dahulu. Gelap malam yang terurai perlahan kini tak tersambut hngatnya sinaran sang surya. Bersama kokok kukuruyuk ayam, ISma menanti menyambut cahya mentari menebarkan harapan yang selalu ditunggu hadirnya kesempatan nan gemilang dimasa akan datang, jaya di masa depan.

Dinginnya pagi membuat Isma semakin tenggelam memasuki lamunan. Isma merupakan gadis yang masih duduk di bangku aliyah tingkat dua atau kelas sebelas. Dalam lamunananya,Ia menerawang jauh kembali ke masa Dia masih duduk di kelas sembilan menengah pertama. Isma teringat sebuah pertanyaan yang mengawali pelajaran pertama guru barunya. Pak Ahmad Saefullah merupakan guru muda pengganti Pak Gunadi, guru agama yang di mutasi ke Surabaya.

“…Itulah nama Bapak, sekarang bapak ingin mengenal siapa nama pemilik wajah yang cantik dan ganteng ini. Saya akan baca dari awal dulu. Ahmad Zaenuddin, mana kembaran Bapak….” Pak Ahmad mulai mengabsen satu per satu sampai Zaid tsabit Imani. Pak Ahmad memulai pembahasannya dengan sebuah pertanyaan. Pertanyaan pembangkit minat murid-murid sebelum pelajaran dimulai Setiap kata yang terucap dari bibir merah pak Ahmad tidak putus-putusbnya lepas dari mata teman-teman Isma.

“…pertanyaannya tidak jauh dari pembahasan tentang rukun iman yang pertama. Dan pasti pak Gunadi telah membahasnya”

Suasana kelas mendadak hening resah. Apalagi teman-teman perempuannya Isma. Mereka tidak mau kesan pertama jatuh dihadapan guru yang ganteng karena tidak dapat menjawab pertanyaan yang mudah. Itu juga kalau mudah, kalau susah mereka menganggap wajar.

“ semuanya sudah siap! Hanya satu soal jawab oleh semuanya. Kita semua yakin Tuhan itu ada. Dan atas petunjuk al-Quran, kita mengetahui Allah itu satu, tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Sekarang bagaimana kalau kita tidak menggunakana petunjuk al-Quran umtuk mengetahui keberadaaan Tuhan. Tadi mneggunakan dalil naqli, sekarang kita gunakan dalail aqli…”

Anak-anak khusyu’ memperhatikan dengan mengerutkan dahi dan buku yang dari tadi dibolak balik berharap ada jawabnnya.

“…menggunakan dalil aqli. Akal cenderung salah bila tidak dibimbing dengan dalil naqli yaitu al-Quran. Sudah siap semuanya. Gunakan akal kalian untuk menjawab dimanakah Tuhan berada “

pada saat itu Isma dan teman-temannya tidak memperhatikanapa alasan pak Ahmad tidak menyebutkan dimana Allah, tapi dengan kata Tuhan. Dalam pikiran mereka hanya berputar, apakah pak Gunadi pernah membahas, eh bukan-bukan, bukan membahas, tapi menulis tentang dimana Tuhan.

Pak Gunadi dikenal dnegan panggilan pak kapur tulis. Selain karena rajin menulis dengan kapur tulis dari awal jam pertama sampai akhir pelajaran, beliau juga kalau masuk yang pertama ditanyakan setelah salam adalah “Ada kapur tulis? Silakan kalau habis ambil dulu” dari sebab itulah asbabul sebut “pak kapur tulis".

Rincik hujan masih mengguyur pagi. Lalu lalang kendaraan bermotor membelah genangan di jalan. Juga tidak sedikit orang-orang berpayung ria melewati rumah Isma. Rumah yang tampak sejuk dengan doyong rindang pohon mangga dan tanaman hias  berderet berjajar di teras depan dan Isma semakin terbenam dalam asyiknya nostalgia.

Serentak anak-anak menjawab spontan “Tuhan ada di mana-ana Pak” “oh, gitu yah. Apa tidak bertentangan. Baiklah, apa maksud Tuhan dimana-mana itu berarti menunjukkan Tuhan tidak satu dong, karena ada di mana-mana. Berarti Tuhan itu banyak, bukan begitu? pak Ahmad mencoba memepertanyakan kembali apakah itu maksud ada dimana-mana. Anak-anak semakin kencang mengerutkan dahinya karena harus dijawab apa lagi. Itu yang sering diajarkan.

“Bagaimana, apa jawabannya? Apa benar seperti itu?” pak ahmad terus menawarkan.

Anak-anak kebingungan apa jawabannya. Dijawab a berdampak kepada b. dijawab c berakibat kepada d. memang pak Ahmad tidak menyalahkan jawaban anak-anak, tapi jawaban itu berdampak kepada apa yang tidak mereka duga. aneka jawaban sudah  dilemparkan.

  “ ada di atas pak!” “Ada di bawah” “mungkin ada di samping kita” ada yang masih keukeuh “Tuhan itu ada di mana-mana pak”

Pak ahmad tersenyum. Para siswa tidak mengerti apa maksud senyuman yang tersungging di bibirnya. Pak ahmad sebenarnya bukan mau memberikan pertanyaan teologis yang berat dan mendalam. Beliau hanya ingin membangkitkan minat belajar terhadap agama. Dengan pertanyaan dan jawaban yang yang aneh. Itulah shock therapy-nya pak Ahmad mengetahui dari pak Gunadi, bahwa mata pelajaran agama kurang diminati. Kata mereka belajar agama sudah tua juga bisa, kenapa harus sekarang. Semua oprang menganggap pelajaran agama Islam memasung kreatifitas berfikir. Apa memang benar begitu?!

Karena semua anak-anak sudah mulai kelabakan, pak Ahmad menutup pertanyaannya dengan pernyataan “diamnakah Tuhan, Tuahan ada disisni, di hati kita” seraya menepuk dadanya dengan tanagn kanannya. Pernyataan pak  Ahmad menutup kebingungan dan meregangkan kerutan-kerutan di dahi-dahi mereka. Pada saaat iotu8pun anak-anak tidak mempertanyakan pernyataan pak Ahmad. Apakah karena pernyaaan itu memuaskan, atau justru tidak mau lagi menambah tegangkwerutan di dahinya.

Ulum senyum memantul dio bayangan kaca jendela. Isma tersenyum-senyum, seakan menyadari sesuatau dalam pernyataan pak Ahmad. Jam besar yang menemmpel di dinding terpantul di kaca. Detik yang terus bersetak mengiring menit unutk menunjuukkan jam setengah enam lebih sembilan menit. Tidak terasa kegelapan bernagsur terang. Bergeser dan berlenggang dengan pasti seakan percuma bial kita berangan jarum jam berputar ke belakang. Detik yang terus berdetak berkeliling, berlari tiada henti, seakan membisikkan tiada masa, waktu untuk berhenti menanti. Berdiam diri tiada arti, karena kami terus berjalan cepat hingga kalian tidak sadar. Akmi telah berputar lebih dari yang terpampang di kalender.

Kami jarum jam bukan berputar dari kemarin, ataupun baru saja, sebagaimana kamu lihat. Tidakkah kalian tahu? Kami tidak akan berhenti karena abterai habis ataupun karena baterai hidup kalian mati. Ketahuilah! Kemilah waktu yang berujung lancip dan tajam. Semuanya akan menyempit mngerucut ke ujung. Dan kami tajam, setajam cengkraman taring binatang buas. Cengkraman yang tidak akan bisa seorangpun melepaskannya hingga kami yang akan mengantarkanmu pada sebuah titik. Berselancar bersama-sama gelombang lemngkungan koma hingga berakhir pada titik.

Titik merupakan akhir, tapi bukan berartiberakhir. Titik ialah akhir untuk mengawali sesuatu yaitu awal dari rentetan kata-kata, dan koma merupakan tanda pemberi titik tekan pada alur makna kata, untuk menghindari kesalahan. Koma adalah rintangan untuk mereningi makna kehidupan.

Senyum menyngging terukir di bayangan kaca jendela kamar Isma. Dia menyadari kenapa pada saat itu tidak terbayang bahwa pernyataan pak ahmad itu tidak ada bedanya dengan jawaban anak-anak, Bahwatuhan ada di mana-mana. Isma terus menyadari bahwa setiap manusia mempunyai hati. Bukankah itu Bwerartituhan ada di mana-mana, bagaimana kalau orang yang sudah mati, dimana Tuhannya?

Di dalam ke[palanya masih berputar pernyataan pak Ahmad “tuhan itu ada di sini, di hati kita” Isma menarik nafas seraya menaqikkan kerah sweeter hangatnya. Udara pagi keni membuat kulitnya berduri. Isma masih menatap keluar memperhatikan lalu lalang warna warni paying sambil mengangkat celana panjang atau roknya supaya tidak teralau basaholeh genangan.

“ viaaa…!!!” terdengar suara mama memanggiol dan membangunkan isma dari lamunan. viaaa…!!!” isma langsung bergegas kwluar kamar menghampiri ibunya yang memnagggil namanya. Karena siapa lagi kalau bukan ibu ningsih dengan anggilan yang khas dnegan nama belakangnya Isma Dwivia.

Kedua orang tua Isma memberikana nama dengan nama yang berakar dari bahasa Arab. Sami’a () yang mempunyai arti mendengar.menurut ilmu morfologi bahasa Arab, atau yang disebut ilmu sharaf isma merupaka pola darikata kerja yang berbentuk perintah (fiil amr) yang berarti “dengarkanlah”. Kata mendengar ayahnya menyimbolkan ketaatran. Mendengar adalah wujud dari kebersihan hati, katanya, karena orang tudak akan sanggup memendengar dengan baik,bila hatinya carut marut menurut ayahnya.

Indra pendengaranlah yang pertama berfungsi sebelum indra-indra yang lain. Telinga menjadi salah satu penentu bagi seorang bayi bisu atau tidak, dan yang paling sering ayahnya tidak henti-henti memberitahukan bahwa banyak ilmu pengetahuan berbicara, berpidato atyau public speaking, tapi tidak ada ilmu bagaimana menajdi pendengar yang baik dan benar. Dan tidak capek-capeknya pula ayahnya mengingatkana bahwa orang paling suka dihargai. Mendengar merupakan wujud menghargai terhadap orang. Karena, siapa sihorang yang senang diacuhkan bila sedang berbicara. Sambil membuka buku ketiak itu ayanya memperlihatkan rumus Albert Einstein, yaiu X+Y+Z=.... Eh bukan-bukan! X+Y+Z=sukses. Ayhanya padasaat itu menerangkan apap maksud rumus itu. X merupakan kerja keras, Y merupakan hiburan, dan Z merupakan tutup mulut.

Pak Rudi kumis, begitu orang menyebut ayah Isma. Pakk Rudi menerangkan apa yang dimaksud dengan tutup mulut. Ayahnya Isma memberitahu bahwa dengaqn banyak berbicara, berarti kita telah memasung telinga kita untuk mendapatkan ilmu. Juga memasung telinag kita dari mengetahui apa kekurangan yang ada pada diri kita dan apa yang kita bicarakan.

Dengan banyak berbicara membuatkita seperti radio butut, nenek bawel, atau kalenmg rombeng, atau kaleng blek kurupuk. Ini semua membuat diri kita menjadi orang yang egois an egotis. Nama via yang tertera di akhir sudah nama Isma Dwi, merupakan sosok sahabat ibunya yang selalu setia menjadi pendengar yang baik dari ocehan yang keruan seperti kaleng blek kurupuk (tempat kerupuk). Dengan kecerdasannya Dia melanjutkan kuliah di Jepang. Hingga ia berkeluarga dnegan orang Jepang, “Sayonara-sayonara sampai berjumpa….” Belum selesai lagu selesai, pak Rudi memarahi Isma yang bernyanyi mengiringi kenangan ibu dan ayahnya.

“via…!!!”

“Iya, Bu!”

Isma menghampiri panggilan ibunya.

“Ada apa bu?”

“Via, kamu belum mandi?”

“Aduh Isma lupa bu!”

Isma mondar-mandir panik kebingungan mencari handuk

“Aduh, handuk dimana, ya?”

”Via lagi cari apa?”

“Cari handuk bu!”

“Memang sejak kapan handuk disimpan di loteng?”

“Kalau begitu handuk ada di mana, Bu?” dengan mengerutkan dahi Isma bertanya pada Ibu

“Kamu lupa,ya? Dari dulu juga handuk disimpan di kamar mandi, tergantung”

“Oh, sekarang dipindahkan ke kamar mandi, toh”

dengan wajah yang memerah Isma pergi ke kamar mandi

“Ah, kamu mah. Dari dulu juga di sana. Tidak pernah dipindah-pindah”

Hujan mulai mereda. Cicit kicau burung menghanagtkan dingin pagi. Dengan langakah pasti Isma menuju ke halte bis. Memang sih, Isma tidak naik bus, tapi Dia lebih senang menunggu angkot di sana. Karena angkot yang selalu penuh berdesakan dan enunggu lama. Isma lebih senang menunggu di ahlte bis, karena bisa menunggu sambil duduk. Malah terkadang semua puisi Isma ditulis di sana. Walau hany corat-coret tak berkualitas.

Sambil menunggu ia mengeluarkan ballpoint dan bukunya yang penuh dengan corat-coret kata yang berderet mencari arti.

 .... Kini hujan turun di atas langit pagi

bumi terbasuh basah dan berseri lagi

segar terasa bersama riak awan

bergumul hitam menawan

berarak menyelimuti bumi yang bulat

berputar membentuk gravitasi

hingga ku bisa berdidri menanti disini

                              Bandung, …..

                              Isma

…  kulangkahkan kakiku dengan pasti

di bawah terik cahya mentari

menyinari kegelapan hitam tersembunyi

menampakkan seberkas warna-warni

dihamparan bumi ilahi ini

walau lelah ku menanti

cahya pagio yang pergi

kini telah terobati

dengan indahnya pelangi

                              Bandung, …..

                              Isma

Pelangi yang indah membawa inspirasi pada corat-coretnya.Akhirnya Isma menaiki angkot, walaucukup berdesakan Isma duduk di pojok. Di dalam angkot amamt Isma tak akan menunduk diam pada satu arah. Matanya akan memandang satu demi datu wajah penumpang kalau sudah dipandangisemuanya, Dia pasti mrngrluarkan cermin dalam tasnya. Kemudian dirinyalah yang dia pandangi walau Dia taqk tahu apa dirinya yang memandang bayangan di cermin, atau gayangan di cermin yang memandang dirinya.

Tidak sedikit orang yang risih dipandangi. Kalau sudah begunu iua pasti tertunduk malu, tidak akan mengangkat wajahnya sampai angkot berhenti di depan jalan menuju sekolahnya Aliyahnya, atau sampai penumpang itu turun. Di samping hadapannyaada dua pasangan berseragam SMU sedang berpegangan tangan, saling bercanda tawa. Dalam benak SIma langsung berkaat mereka berpacaran. Dia segera mengelyuarkan buku dan ballpointnya. Dia pun menggoyangkan ballpointnya

…  di balik pintu ku selalu menunggu

kapan Dia membuka mengetuk rayu

mengulum senyum salam terukir

terucap tersungging di bibir

pangeran berkuda putih

membawa cinta sejati nan suci

                              Bandung, …..

                              Isma

Bel masuk telah berbunyi, waktunya gerbang dikunci. Tapi dasar sungguh mujur, kerena hendak dikunci Isma datang sambil berlari. “tunggu, tunggu dulu pak Ujang”Hah, hah tunggu dulu pak Ujang. Tunggu, saya kantidak kesi..hangan””saya kan datang pas pada waktunya pukul tujuhdan kalau masalahh telay limamenit, jangan salahkansayah, karena itu kesalahan pak Ujang. Yang menghalangi dan mnghambat saya untuk datangpas.Bagaimana betul tidak” Isma mencobaberdalihsupayabisamasuk ke dalam dengannapas terengah ia menjelaskan. Dengan terpaksa pak ujang membuka membarkan Isma masuk.

Dia beralri melewati para tukang bangunan yang sedang mempersiaopkan dan memebersihkan genagan air hujan . biasanyaoaa siswa juga suka dikerahkanuntuk meuntuk membantu pembangunan gedung sekolah. Isma beralari

“Mang punten kalangkungan!”

sambil tidak karuan Dia melewati mereka. Sampai di kelas, kebetulan bu Yani, yaitu guru bahasa Arab belum masuk.

“Aman, h… hh… hah… hah”

Isma lengsung menuju ke tempat duduk di pojokan kedua, Dia memnag tidak sendiri, Isma sebangku dengan Rika. Tapi sayang Rika hari ini dan kemarin-kemarinnya lagi tidak bisa masuk karena sakit gejala tipus yang dideritanya. Sedah empat hari dan baru bisa kemarin Isma dan semua sahabatnya menjenguk Rika. Sekarang alhamdulillah Rika sudah mulai beranjak sembuh.

Isma, sambil menyimpan tasnya di bangkudua memikirkan kata sakit. Siapa sih yang mau sakit. Tapi kenikmatan yang satu ini yaitu sehat sering tidak terasa dan terlupakan. Katanya sih Nabi pernah bersabda bahwa kebanyakan manusia sering lupa dan terlupakan terhadap dua nikmat nikmkat sehat dan nikmatr kesempatan. Tanpa terasa ballpointnya telah mencorat-coret bangku di hadapannya.

..........  Sakit oh sungguh pahit

            merinding panas yang terasa di kulit

            tidak akan pernah pamit

            bila tak ada duit

                        Sakit untuk sehat

oh sungguh berat

memang sih bukan tidak ada obat

tapi  prosedur yang sangat ketat

            Sakit ih pedih

            Tak jarang kita bersedih

            Karena obat diraih bukan dengan ucap terimakasih

                        Sakit oh menjauhlah jauh

                        Kami orang susah bukan berarti tak mau sembuh

                        Karena kini kebeningan hati telah keruh

                                                            Bandung…

                                                            Isma

….

Setelah lumayan lama kegiatan belajar berlangsung terdegar sayup-sayup bell berdentang berdering dua kali waktu istirahat telah tiba. Ibu kantin sudah siap untuk disbukkan oleh anak-anak meemsan makanan dan minuman.

Tidak seperti biasanya, sekarang isma lagi suka menyendiri di mushala atau perpustakaan. Biasanya Isma akan bergabung dengan Awan dan Arman. Awan dan Arman seperti sdaudara kembar. Bukan karena wajahnya yang mirip, karena wajhnya sih berbeda. Tapi karena seprti gula dasn semut. Ada Awan pasti ada Arman. Keduantya merupakan pujaan wanita. Tapi tak pernah dihiraukan katanya “cuek lempeng jaya saja”

Gossip sebagai anak kembar, masih dapat diterima. Tapi, karena seringnya mereka berdua dimanapun kapanpun juga makanya mereka juga tidak lepas dari gossip, bahwa Awan dan Arman katanya mempunyai hubungan yang lebih, dan menyukai sejenis. Bukan karena sribngnya bversama berdua, ditambah Awan dan Arman tidak memperdulikan perasaan wanita. Tapi ukan berarti mereka tidak akrab dengan wanita. Awan dan Arman memnag tipe orang yang ramah kepada semua wanita. Tapi siap-siap saja kecewa bila seorang wanita mempunyai perasan lebih.

Buktinay mereka berdua akrab dengan Isma. Mereka dapat ketawa ketiwi dan berdiskusi. Mereka semua satu tingkat dan berbeda kelas.

Isma berdiam sendiri di rang perpustakaan dan membuka buku dan hanya membolak-balikbuku yang ada di hadapannyatapi pikirannya melayang entah kemana. Ketika itu Isma masih menymbung lamunan bangku smbilannya di menengah pertama tentang pernyataan “Tuhan itu ada di sini di hati kita”. Dia mempertanyakan apakah benar Tuhan bersemayam dalam diri kita benarkah di dalam hati itu dzatnya atau apanya?

Banyak pertanyaan yang belum dan tidak terjawab. Dia sudah memasuki lamunan yang lain, bahwa kenapa dirinya selalu menjadi orangyang kedua. Isma berikir mungkin itu akibat dari namanya yang memakai kata Dwi yangberarti dua.

Pak Rudi dan Ningsih memberi nama dwi karena Isma anak ke dua setelah ”Iqro Sukron” yaitu anak lelaki anak pertama yang sering dikenal dengan sebutan “A Iqi”. Sebagaimana dengan Isma, pak Rudiu juga mempunyai arti tersendiri atas nama Iqro Sukron. Pak Rudi menerangkan bahwa nama Iqro adalah bentuk fiil Amr dariatau pola kata kerja bermakna perintah untuk membaca. Selain karena Iqro adalah wahyu pertama yang diterima Rasululah.

Menurutpak Rudi bahwa kesuksesan juga berawal dari sejauh mana kepandaian kita membaca, baik membaca peluang, membaca kehidupan, dan kalau membaca alfabet atau alifbata itu sudah jelas. Terus perlu diingat ketika kesuksesan telah diraih di tangan serkarang janganlah lupa untuk bersyukur kepada yang maha segala maha. Makanya duinamakan Iqro Sukron, bukan sukro makanya huruf “en” nya dibaca kalau tidak mau dikejar pake golok sama a Iqi.

Isma masih terus mengumpulkan bukti-bukti bahwa dirinyaselalu dinomorduakan. Sekarang Isma masih menjabat sebagai wakil ketua OSIS. A menabat posisi yang menurutnya dihilangkan pun tidak apa-apa.

Isma menduduki kursi nomor dua di jajaran OSIS, karena dia dalam pemilihan pemilihan ketua OSIS Isma mendapatkan suara terbanyak ke dua. Sang ketua mau mencoba menghargai hasil pemilihan dengan menempatkan Isma di posisi wakil ketua. Tapi penghargaan dari sang ketua menjadikan Isma merasa menjadi orang yang tidak berguna.

Isma sebenarnyaingin sekali memegang keahlian apaapundi bidang manapun. Dulu isma memang pernah memegang bidang garapan yaitu dia memgang garapan pendidikan. Tapi sayang bukan koordinatornya. Malah ia berada di garis ke dua di bidang garapan itu. Dalam kepanitiaan pun juga begitu. Sebnarnya Isma ingin menjadi orang serba bisa dalam hal apapun, tapisayang pasti adaaja iorang yang lebih dari Isma, maka embuat dirinya selalu berada di garis ke dua. Tiba-tiba dalam Keheninganisma berteriak meemcah sunyi.

“Apakah karena Aku wanita?!!”

orang di pojok perpustakaan terkejut, serentak melihat dengan tatapan aneh.

Isma tertunduk, meletakkan kepalanya di atas buku yang dari tadi Dia hanya membolak-balik saja, tapa sedikit pu membacanya. Tidak laam Isma menunduk gelisah, bel masuk berdetang tanda waktu istirahat telah habis. Isma kemudianbangun mentp buku dan membawanya kembali ke tempat dimana Dia mengambilnya tadi.

Seperti biasa Isma mengeluarkan cermin untuk melihat dirinya yang terpandangi oleh bayangannya. Isma mengukir senyum dengan mereka-reka wajah, supaya tidak kelihatan tegang karena sedih, banyak masalah. Begitupun dia tak mau sahabat ketawa-ketiwinya tahu.

Isma pun bergegas berjalan dan masuk ke ruangan kelas denan penuh ceria. Hingga tidak tampak dari wajahnya kegundahan dan masalah. Isma terlihat have fun dalam pelajarannya dimulai fisika dan SKI atau sejarah kebudayaan Islam, ia lalyui dengan penuh ceria.

Awan, Arman dan Wangka mencari Isma. Ketika dicari di kelasnya ternyata kelas kosong. Mereka bertiga mencari Isma karena Awan punya event training jurnalistik, membujuk isma supaya mau menjadi moderator, karena triner dan traineenya semua wanita. Awandan sma dikenal handal membuat acara. Dimulai even training, mentoring, sampai even perayaan tahunan sekolah. Tapi hanya Awan yang rajin dan ulet menekunio event organizer.

Arman dijuluki si Keyboard karena dalam kepanitiaanaapapun dia pasti berada di posisiyang tidak jauh dengan ketik mengetik. Ia juga sama seperti Isma. Pandai menulis artikel dimulai cerpen, puisidan karya-karya ilmiah lainnya. Arnmanmemiliki karyayang lebih banyak dari Isma, sedangkan Wangka, ia bagaikembang yang rajin menyedot madu ilmu, apapun yang ia hinggapi, walaupun ia rajin menyedot, semua orangtdak tahu ebanayk yang telah ia sedot.

Dihubungi lewat hand phonenya selalu tidak aktif. Ketiganya bertanya-tanay hinggamereka bertemu dengan teman sekelasnya Isma

“Den, Deden kamu kesini” panggil Wangka dengannadayang agakkeras

“Den, Deden, Kamu lihat Isma tidak?” Awan langsung bertanya

“TAdi saya lihat di perpus,dapat tugas dari pak Nurdin” balas Deden

Atas tugas guru biologinya, yang memberikan tugas karena tidakbisa masuk.

Isma masih saja membolak-balikan buku biologinya dengan fikiran yang tetrbang dalam lamunan.ketiga sahabatnya melongok ke jendela dan pintu

“Permisi, ada Isma?” Tanya Wnagka sambil nyelonong masuk dengan celenagk celinguk mencari Isma. Ima pun mendengar kegaduhan yang dihasilkan temannya dibalik rak buku. Diatidak menjawab panggilan teman-temannya. Dia hanya menulis di atas bukutugas biologinya denganrentetan kata-kata yangtersendat-sendat bergaris-garis putus bergaris.

       … seruan berkumandang merdu

            di langit hayalan, merambat mendayu

            bunyi nyaring, memekik merayu

            bertanyamencari kamu

            kebenaran menghapus kata ragu

                                                Bandung…..

                                                Isma

       … Hei-hei-hei

            wahai pecundang

            dirimu tiada berbeda seeprti udang

            berdiri dan menanti dibalik batu

            lari bersembunyi membuang waktu

                                    Hei-hei-hei

                                    Wahai pecundang

                                    Mungkin dirimu benar-benar udang

                                    Berotak pengecut beku dan kaku

                                    Tak mau melangkah maju hanya menunggu

                                    Walaupun tak tahu pasti

                                    Sampai kapan ka uterus berdiri

                                    Menanti dan terus bermimpi

                                    Mungkin….!! Sampai mati

                                                Argh    dasar udang

                                                Pecundang

                                                Kelas teri

                                                            Bandung

                                                                        Isma

“Ehm, disini toh rupanya”

Wangka menemukan Ismadengan melongok dibalik rak sambil menggelengkan kepala.

“A….man” (baca: Awan dan Arman) “Isma ada di sini”

“Shuttt.. berisik ini perpus tau!”Isma menggerutu Wangka sambil bertanya “Memang ada apa kalian cari saya?”denagnmengerutkan dahi Isma melihat ketiganya, karena telah mengganggu dari pertapaannya.

Sekilas terpantul wajah Isma dari kaca skbuku perpus, melihat wajahnya yang begitu tegang, Isma langsung mengangkat alisnya supaya tidak terlihatmengerut tegang seraya mereka-reka mimic mukanya

“Siapa yang pecundang, Ma?”

sambil meklanjutan orat-coret buku di bangku yang kemudian direbut Isma kembali lalu disimpan kedalam sakunya.

“Emm Neng Geulis the ada di sini” dengan anda meledek Awan memotong suasana.

“Memangnya ada apa kalian cari saya?” tanya Isma mengerutkan dahi”dan sepertinya ada hal yang penting”Tanya Isma memulai pembicaraan maksud kedatangan mereka.

“Begini, jam setengah dua sekarang kan ada pelatihan yang diadakan OSIS”

“Iya, terus”

“Kebetulan semua trainer dan traineenya perempuan”

“terus hubungannya dengan Saya?”

“Yang jelas bukan untuk menyuruhmu membaca puisi pecundang ini” ledek Arman

“Kamu Saya ingin menjadi moderatornya” jelas Awan.

“Iya, Ma! Kami dari tadi putar-putar keliling gedung sekolah cari kamu, karena tidak ada lagi yang cocok pengganti Rika”

“Beetul, Ma! kalau Rika tidak sakit mah, kita tidak akan mengganggu pertapaan kamu” jelasAwan

Isma mendengar penjelasan teman-temannya semakin tertunduk lesu. Merekatidak menyadari kalauucapan mereka menyakiti hati Isma yang telah memposisikannya sebagai cadangan pengganti Rika.

“Aduh, sori wan. Bukannya bagaimana, tapi saya lagi banyak tugas, ini salahsatunya tugas biologi” jelas Isma menolak permintaan Awan dan teman-temannya. Dia tidak inginteman-temannya tahu masalah yang ada di pikirannya dan hatinya yang selalu merasa menjadi orang yang ke dua. Mereka berrtiga dengan menyesal menerima alasan Isma waalu telah membujuknya.

Isma tertunduk lesu, tertelungkup di atas buku biologinya yang menjadi alas kepalanya. Setelah Awan, Arman dan Wangka pergi keluar untuk mencai moderator pengganti. Dalam gelap sunyi senyap Isma berteriak-teriak dalam dunia khayalannya.

“Apakah karena namaku aku menjadi begini?”

Bukankah Isma berarti pola ata kerja perintah untukmendengar. APakah kalian tahu orang yang mendengar adalah orang yang menduduki posisi “orang ke dua”. Pasti ini karena namaku. Dlam duialamunan yang hening dan sepi dalam beaknya tiba-tiba terlontar “whats in a name? that which we call a rose by any other  word, would smell as sweet.” Deretan kata yang diucapkan Juliet Capulet dalam karya William Shakesphere’s “Romeo and Juliet” yang dibintangi oleh Leonardo de Caprio dan Jaire Danes.

Juliet menyatakanapalah arti sebuah nama. Bunga maawr walau namanya lain, keharumannya tetap sama. Apakah ini berarti bukan akibat dari namaku. Karena diri ini diciptakan untuk menjadi orang yang ke dua apapun namaku. Iya, aku ingat Islam mengatakan nama adalah do’a dari orang tua untuk anaknya dengan nama indah untuk menjadi bunga mawar.

Apakah orang tuaku berdo’a supaya aku menjadi orang kedua? Yang selalu membayangi dan membuntuti, mengekor seperti bayang-bayang hitam pada sesuatu yang terkena sinar terik mentari atau aku seperti bayangan di cermin abgi orang yang bercermin, sebagai sebuah petunjuk bahwa dirinya memiliki kelebihan, denganmelihatku orang dengan mudah Menilaiarmansebagai jurnalis dengan hasil tulis yang memukau juga Awan sebagai orang handal bidang EO (event organizer). Apakah Xing Yi Zhoo juga seperti Aku. Seorang guru di sekolah tionghoa kelahiran Bandung 1936. setelah sekolahan ditutup beliau menjadi jurnalis di Jakarta ini juga merasakan kegundahan yang aku alami. Sampai-sampai dalam karyanya ia menulis puisis tentang mencerca cermin. Cermin yang orang-orang puji atas kejujuran dan kejernihannya, sehingga orang-orang tionghoa membuat kaligrafi yang ditempel di langit-langit dan biasanya juga digantung di pengadilan yang berbunyi “menggantung tinggi-tinggi cermin terang”.

Mencerca Cermin  Xing Yi Zhoo

        Tidak tidak. Beliau tidak merasakan kegundahan yang sedang aku alami. Tapi sebaliknya Dia justrumenghina keadaanku kalaulah akuseperti bayangan dalam cermin.

Bayang seorang di cermin dan bayang-bayang hitamnya kata orang itu tanda kalau kita adalah manusia buakn hantu. Walau kita tahu pendapat ini datang dari orang-orang tahayul. Mungkin kalau dipikir-pikir ada benarnya juga di sudut pandang arah lain. Tapi bukan menunjukkan kalau hantu itu ada.

Amri kita lihatr bayang-bayang hitam dalam sebuah lukisan yang kita kenal dalam pelajaran kesenian istilah unsur “nada gelap terang”atau half tone (nada separoh) separuh terang separuh gelap. Bayang-bayang atau shadow itu pertanda bahwa benda terkena sinar. Dalam sebuah lukisan bayang-bayang itu terbagi menjadi tiga macam. Ada bayangan awak, yaitu bayangan hitam yang ada pada benda itu sendiri. Ada bayangan langkah yaitubayanagn yang mengenai bendalain dan yang terakhir bayangan sindir yaitu bayanagn yang berbentuk bayanagn dari benda itu sendiri. Semua bayangan ini berguna agar tercipta kesan tiga dimensi. Sehingga, lukisan kelihatan nyata atau realis. Maka dari itu bayangan dan bayang-bayang kita pun sebagai pertanda bahwa kita nyata. Bukan wujudnyata dan itu sewaktu kita berkhayal.

Asda haditsdari Abu Hurairah yang dikeluarkan oleh Abu Daud walu sandanya hasan, yaitu hadits yang dalam jlan perjalanan haditsnya ada rowi adil tapi sayang daya hapalnya lemah tapi bukan jelek, bunyi haditsnya ialah “seorangmukmin itu merupakan cerin bagi saudaranya”

Tubuhnya yag masih tertelungkup layu. Dalam kepalanya yang penuh dengan putaran-putaran deras pemikiran dan hayalan berbaur menjadi satu. Kepalanya seaka berat sehingga ia tidak sanggup mengangkatnya. Isma semakin dan semakin terbenam dalam lamunannya yang terus bertanya “apakah itu begitu, atau justruini begini?” tatkala semua kata-kata tay terus bermunculan, pertanyaanpak Ahmadpuntidakmau kalahmuncul dalam pusaran pemikirabn yang beraduk dengan khayalannya.

“Tuhan ada di sini di hati kita” pernyataan pak Ahmad tidak mau kalah berputar bersama kata cermin, bayangan, hati, dan angla dua yang terus berputar-putar yang terkadang hilang muncul dan muncul lagi.

“DIA
AAAM!”

Isma berteriak seraya mengangkat kepalanya dan menutup kedua telinganyadenmgan kedua tangannya. Semua terkejut dengan teriakan Isma. Orang-orang serentak bergegas melihat ada apa. Ibu Aminah seorang petgas perpustakaan langsung menghampiri Isma karenasudah dua kali Ia berteriak

“Isma, kamu tidak apa-apa kan, Nak?”

Isma hanya menggelnkan kepalanya sambil membereskan buku-buku yang berserakan

“Nak Isma perlu diantar pulang?”

“Tidak terima kasih Bu. Saya tidak apa-apa kok, Bu!”

Isma yang masih saja dalam tatapan kosong, Ia melangkah keluar perpus, sesampai di lorong. Pikirannya masih berputar kabur. Sesampai di   taman ia merasa letih dan lelah. Ia memutuskan duduk dulu di bangku taman di samping pagar sekolah di bawh pohon mangga yang menaung rindang.

“dalam diri seorang mukmin tertanam cermin, atau Dia sendiri cermin itu. Dengan adanya cahayalah bayanagan dan bayang-bayang itu tercipta. Al Quran merupakan sinar cahaya penerang kegelapan. Selain karenanamanya, an-Nur yaitu cahaya. Tuhan tetap satu dengan kemahaannya yang agung dan besar dengan dengan seberkas cahaya penerang sehingga cermin dapat memantulkan sebuiah bayangan. Seorang mu’min itu cermin atau cermin tertanam dalam hatinya yaitu berupa hati. Sehingga tuhan akan ada di hati kita,dan dalam hati kita dan dalam hati kita itu bukan tuhan menurut dzatnya melainkan bayangan tuhan yang terbentuk oleh cahaya petunjuk al-Quran. Dah jangan salahkan caahaya petunjuk kalau tuhan tidak tampak. Tapi, salahkan cerminnnya mungkin cermin di hati kita yang kotor dan hitam. Maka jelaslah tuhan tetap satu. Dan tidak ada pertentangan lagi tapi benarkah apakah itu yang dimaksudkan oleh pak Ahmad yang kata kuncinya adalah cermin. Tapi argh aku pusing walaupun benar sesuai dengan apa yang dimaksudkan pak Ahmad. Apakha benar menurut ajaran Islam daklam al-Quran. Argh pikiranku kusut. Mungkin benar “bahwa kita tidak boleh memikirkan tentang Tuhan, tapi kita diperintah memikirkan apa yang telah diciptakannya untuk menuju dirinya.

Cermin, cermin, cermin… apa ini ?! sekarang kepalaku hanya ada satu kata dan satu angka yaitu cermin dan angka dua berputar-putar tidak henti-hentinya berkeliling.

Cermin yang ku tahu dalam bahasa Arab adalah mir’ah sedang wanita adalah mar’ah. Wanita satu bentk dalam bahasa Arab denan cermin. Apakah karena wanita itu perlu cermin atau wanita itu adalah cermin. Siti Hawa diciptakan supaya Adam dapat bercermin kepada Hawa mana yang baik dan mana yang buruk dari tingkah laku siti Hawa.

Siti Hawa merupakan mausia kedua yang Allah ciptakan setelah Adam. Jadi begitu, apah karena aku perempuan aku dicipta untuk menjadi orang yang ke dua. Sebagaimana pembagian dalam hokum waris 1:2 atau perempuan satu perdua atau setenagh dari lelaki. Semua menunjukkan angka dua. Ini pasti karena aku wanita. Yang ditakdirkan untuk menjadi orang yang berada di garda belakang dengan berbadan dua, dan entah suaminya di mana apa di istri ke tiga atau ke empat. Apakah karena aku wanita, waita yang selalu dibuang dan dikubur hina. Tuhan pun terkadang tidak mau menerima sujud penghambaan seoragn wanita ektika haidl. Haidl sebagai cirri bahwa aku wanita.

Wanita selalu dipandang sebealh mata. Sebagai simbol oenghancur kejayaan kaum pria. Contohnya si kuat Samson luluh di di tangan Julaikho, Fir’aun yang tundk di tanagn Asiyah, dan juga Adam diusir dAari surga karena Hawa. Isma yang tertnduk dengan spekulasi gilanyaambil menyesali kenapaaku seorang wanita. Jarum jam menunjuk pukul setengah tiga. Awan dan Arman yang telah pulang dari tempat foto copy karensudah menggandakan makalah pelatihan. Keduanya melihat isma yang tertunduk layu. Arman dan Awan tidak menetahui jelas apa masalah Isma, yang mereka tahu hanya isma pernah kecewa karena Azi.

Dulu Isma pernah ditembak cinta oleh Azi, seorang pria yang didamba dari dulu sekarangada di hadapannya menaytakan isi ahtinya. Tapi sayang isma yang dikenal dengan pemikiran teori-teori absurdnya tentang cintanya. “cinta merupkana hasil atau penghasil. Cinta adalah tujuan atau alat menuju tujuan. Bila cinta penghasil apa yang dihasilkan oleh cinta? Bila cinta itu hasil apa yangmenghasilkan cinta? Bila cinta itu tujuan apa alat untuk menuju tujuan? Apa yang akan dituju dengabn cinta? Apakah di Islama ada nama pacaran?

Isma mendiamkan cuinta Azi tidak terbalas. Rasa cinta ke Azi amkin lama terus berkembang membumbung tinggi di hati Isma, tapi sayang Azi telah mendapatkan pengganti Isma. Hani anak satu A. Arman tahu prasaan azi menyimpan dan menunggu cinta Isma sampai kapanpunitu yang azi katakan padanya di sela-sela istirahat setelah isma mendiamkan Azi. Azi berjanji dia akan menerima cinta Isma dan siap meninggalkan siapapun yanjg bersanding sekarang dengannya. Tapi sayang isma tidak mengetahui ahl itu, isma sepertiacuh tak peduli kepad Azi.

Suatu saat yaitu kemarin azi tidak kuat lagi memendam perasaaannya. Dia mendatangi Isma dan mengatakan kembali pada Isma dan sekarang suasana berbeda Isma siap menerima cinta Azi ketika hendak menerima, dibelakang Hani tiba-tiba merangkul pinggang Azi dan berkata dengan mesra. Isma mundur ke belakang dia menyadari sesuatu Bahwahani adalah pacarnya Azi. Dalam benaknya dia mengetahui bahwa dirinya akan menjadi pacar keduanya Azi. Oragn kedua, yanmg biasa dikenal dengan pengahancur hubungan anta kekasih. Arman bergumam dalam hatinya “dari kenyataan itu, walau isma selalu lari dari kenyataan dan mereka-reka ulum senyum, dia tidak tahu kami sahabatnya. Awan dan aku, kenapa dia tak mau mencurahan isi hatinya”

Arman dan Awan menghampiri Isma sambil duduk di sebelah Isma

“Isma, hati-hati dalam berfikir!”

“iya, Isma! Nanti kau akan termakan oleh seluruh spekulasi teori-teorimu sendiri”

Secara berganti Awan dan Arman menasehati Isma

“Isma kamu tahu tidak? Detektif handal sekaliber Sherlock Holmes pun masih meminta kpada dr Watson untuk dibisikkan kata “Norbury” di telinganya untuk mengingatkan bahwa dirinya pernah salah atas teori-teorinya”

dia pun megucapkan terima kasih. Keduanya lalau pergi dengan menyimpan secarik kertas,

Kejarlah cinta! Sambutr tangan harapan sang pujaan sirnakan keraguan, musnahkan ilusi tak pasti hingga tak ada lagi kata saling menanti

                                    Bandung

                                    Untukmu Isma

                              

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun