Mohon tunggu...
Rakha Nurfauzi Abdillah
Rakha Nurfauzi Abdillah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Untirta

Satu gagasan terlalu banyak untuk tidak diterjemahkan ke dalam sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Prajurit Terbaikku

11 Februari 2024   19:49 Diperbarui: 11 Februari 2024   19:50 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kami berdua coba menenangkan diri. Sebisa mungkin aku dan Heru tetap berdiam diri. Jangan sampai gerakan kami menimbulkan suara yang mengundang.

Dari dalam lubang persembunyian ini, kami bisa mendengar pasukan Belanda masih terus melepaskan tembakan. Boom! Sesekali terdengar suara ledakan. Aku sangat khawatir dengan anggotaku. Kuharap mereka bisa melarikan diri.

***

Malam telah kembali. Aku dan Heru memutuskan untuk keluar dari lubang persembunyian. Gelapnya malam membantu kami berkamuflase.

"Ke mana kita akan pergi, Bung?" Heru berbisik.

"Kita pergi ke Karang Luhur."

Kubuka kompas. Aku dan Heru berjalan ke selatan. Tidak hanya dinginnya malam, kekhawatiran akan nasib anggotaku juga menyelimutiku sepanjang perjalanan.

Kami berjalan tanpa membawa logistik. Senjata pun kami tak punya. Kami tak sempat mengamankan logistik maupun persenjataan. Serangan Belanda siang tadi terjadi begitu cepat. Kami berjalan hanya membawa keberanian.

Bagaimana pun caranya aku dan Heru harus sampai di Karang Luhur secepatnya. Kami harus segera bergabung dengan kelompok perjuangan di sana. Setelah itu kami akan membalaskan dendam kepada pasukan Belanda sialan itu. Aku yakin kami bisa melakukannya, apalagi kelompok perjuangan di desa Karang Luhur memiliki persenjataan seperti yang dikatakan oleh Oded

Kaki terus melangkah. Pegal tak terasa. Rasa itu terkalahkan oleh semangat kami yang membara. Semangat kami untuk menghabisi pasukan Belanda.

Fajar mulai naik. Ia memancarkan sinar terang. Deburan ombak mulai terdengar sayu-sayu. Sebentar lagi kami tiba di desa Karang Luhur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun