"Pengorbanan? Hahahaha." Oded Terbahak.
"Sudah berapa banyak pengorbanan yang kau lakukan, Bung? Tapi mana hasilnya? Kau justru semakin sengsara, bukan?"
Aku dan Heru hanya terdiam. Kami tahu persis---mereka bisa menembak kami kapanpun mereka mau.
"Kau lihat sekarang, Bung. Nasib kau dan Heru berada diujung tanduk. Mungkin kau akan mati hari ini. Itu semua karena kau keras kepala. Sementara aku yang memilih tunduk kepada Belanda, bernasib jauh lebih baik dari kalian.
"Kau lihat nasib mereka." Oded menunjuk jasad-jasad kelompok perjuangan Karang Luhur.
"Atau kau bisa mengingat nasib warga Gunung Panjang... Hahahaha."
"Mereka bernasib seperti itu karena mereka keras kepala, sama seperti KAU!" Nada bicaranya meninggi.
Lengang beberapa menit.
"Habisi mereka!" Oded memberi perintah kepada pasukan Belanda.
Aku dan Heru kemudian dipaksa untuk berlutut. Tidak ada pilihan, kami pun mengikuti perintah mereka. Kami sudah pasrah. Mungkin ini akhir dari kisah perjuangan kami.
Satu regu bersenjata lengkap telah berbaris di hadapan kami. Moncong senjatanya telah mengarah kepada kami dengan sempurna.