Mohon tunggu...
Rakha Nurfauzi Abdillah
Rakha Nurfauzi Abdillah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Untirta

Satu gagasan terlalu banyak untuk tidak diterjemahkan ke dalam sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Prajurit Terbaikku

11 Februari 2024   19:49 Diperbarui: 11 Februari 2024   19:50 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oded sudah menemukan tempat yang nyaman untuk kami beristirahat. Sebuah rumah kayu yang kondisinya masih lumayan bagus dipilihnya untuk kami beristirahat.

Aku dan para perwira berkumpul di ruang tamu. Ada hal yang harus kami bicarakan.

"Aku sudah tidak kuat lagi menjadi seorang pengecut yang terus berlari. Aku ingin berbalik menyerang mereka." Aku memulai pembicaraan.

"Tapi, untuk saat ini kondisinya tidak memungkinkan, Bung." Kata Heru.

"Jumlah kita hanya lima belas orang. Persenjataan kita jauh dari kata siap. Jika kita berbalik menyerang mereka, itu sama saja dengan bunuh diri, Bung." Tatang masuk dalam pembicaraan.

"Kalau begitu, kita harus menghimpun pasukan baru. Atau kita bergabung saja dengan kelompok perjuangan dari desa yang ada di dekat sini."

"Maaf, aku ikut mencampuri obrolan kalian." Oded datang untuk mengantarkan kopi.

"Sekitar dua puluh kilometer ke selatan, ada sebuah desa di pesisir pantai. Desa Karang Luhur namanya, Bung. Aku lahir dan dibesarkan di sana hingga keluargaku memutuskan untuk hijrah ke kota." Oded duduk di sebelahku. "Terkahir, aku dengar mereka memiliki persenjataan yang lumayan lengkap. Kita bisa pergi ke sana dan bergabung bersama mereka."

Aku dan para perwira menerima saran dari Oded. Tetapi kami belum memutuskan kapan kami akan memulai perjalanan menuju desa Karang Luhur. Untuk sementara waktu kami akan tetap berada di Gunung Panjang.

Perbincangan kami usai. Kopi dalam gelas sudah tandas. Kantuk mulai menyerang. Aku dan anggota kelompok sudah di posisi siap untuk tertidur. Tak butuh waktu lama, rasa lelah setelah perjalanan panjang memaksa kami untuk pergi ke alam mimpi. Kecuali Wawan yang terus terjaga sepanjang malam.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun