Mohon tunggu...
Rakha Nurfauzi Abdillah
Rakha Nurfauzi Abdillah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Untirta

Satu gagasan terlalu banyak untuk tidak diterjemahkan ke dalam sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Prajurit Terbaikku

11 Februari 2024   19:49 Diperbarui: 11 Februari 2024   19:50 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Selamat tinggal, Bung. Tolong sampaikan salamku kepada bapak, ibu, dan adikku di surga... Hahahaha."

 Aku dan Heru kompak menutup mata.         

DRET! DRET! DRET!

DRET! DRET! DRET!

Wawan melepaskan tembakan dari arah belakang barisan regu pasukan Belanda yang siap mengeksekusiku. Senapan mesin yang dibawanya memuntahkan ratusan peluru dalam waktu sekejap. Peluru-peluru itu menembus tubuh pasukan Belanda juga Oded. Satu regu pasukan Belanda lumpuh seketika.

Oded yang juga tertembak sekarat. Dia mengerang kesakitan.

Kuhampiri dia. Kuambil pistol yang sedari tadi ia genggam.

"Kau tahu, Oded, tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Begitupun dengan pengorbanan yang keluargamu lakukan.

"Pak Ali adalah manusia paling loyal yang pernah aku kenal. Bapakmu rela mati demi memperjuangkan kemerdekaan kita.

"Tolong sampaikan terima kasihku kepada bapak, ibu, dan adikmu di surga." Kalimat penutupku.

DOR! Kutembak kepalanya dari jarak yang sangat dekat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun