"Selamat tinggal, Bung. Tolong sampaikan salamku kepada bapak, ibu, dan adikku di surga... Hahahaha."
 Aku dan Heru kompak menutup mata.     Â
DRET! DRET! DRET!
DRET! DRET! DRET!
Wawan melepaskan tembakan dari arah belakang barisan regu pasukan Belanda yang siap mengeksekusiku. Senapan mesin yang dibawanya memuntahkan ratusan peluru dalam waktu sekejap. Peluru-peluru itu menembus tubuh pasukan Belanda juga Oded. Satu regu pasukan Belanda lumpuh seketika.
Oded yang juga tertembak sekarat. Dia mengerang kesakitan.
Kuhampiri dia. Kuambil pistol yang sedari tadi ia genggam.
"Kau tahu, Oded, tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Begitupun dengan pengorbanan yang keluargamu lakukan.
"Pak Ali adalah manusia paling loyal yang pernah aku kenal. Bapakmu rela mati demi memperjuangkan kemerdekaan kita.
"Tolong sampaikan terima kasihku kepada bapak, ibu, dan adikmu di surga." Kalimat penutupku.
DOR! Kutembak kepalanya dari jarak yang sangat dekat