Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Dibawah Pancaran Sinar Idul Adha

17 Juni 2024   23:01 Diperbarui: 17 Juni 2024   23:12 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Id. Pinterest Indonesia/Lale

"Iya sama aja, kamu kenal dia dari mana" tanya Bang Sulaiman penasaran. 

  “ Oohh...Kenal dari sini sih  barusan tadi kan dia jadi Qori, namanya kan dipanggil sama MC” Ucap wanita itu polos. 

“Pantas Kamu manggil Dia Fuad, biasanya juga Fani" Ujar Bang Sulaiman menelan ludah. 

“Fuad Ahmad Nuar Ibrahim, semester 7 dari jurusan pendidikan agama islam, kenapa berteman sama Bang Sulaiman, nanti jadi mahasiswa abadi loh" Ucap wanita itu tertawa. 

Bang Sulaiman kesal dan pergi. Ia tentu tak tahan dengan sindiran itu, karena Bang Sulaiman sebenarnya bukan mahasiswa abadi. Hanya saja Ia menunggu tahun ini agar di wisuda. Aku tak enak hati dan akan pergi meninggalkan wanita itu. Karena selain Aku tak mengenalnya, Kami di sana hanya berdua. Ternyata sebelum Aku pergi wanita itu yang meninggalkanku duluan. 

Pulang dari itu, Aku bertemu Ammi di jalan teuku umar, tepat di simpang masuk ke masjid Al-furqon. Kulihat Wanita itu sedang ada di tengah jalan dimana kendaraan berlalu lalang. Ia memeluk seorang nenek yang sudah tua renta. Di sekelilingnya terlihat massa yang berkoar- koar. Bagaikan segelintir massa yang demonstrasi karena kenaikan BBM. Jalanan menjadi macet, sebagian orang melemparkan batu, kertas dan benda apa saja yang di tangannya. Sementara wanita itu memeluk erat Nenek tua renta itu. Nampaknya ia berusaha  melindunginya. 

“Habisi Nenek tua itu, sudah tua tak takut mati" Seru para massa. 

“Hei, perempuan berjilbab biru jangan lindungi nenek tua itu. Dia pencuri .“ Terdengar seruan itu disisi lain. 

Sementara batu- batu berukuran kecil telah mengenai tubuh wanita itu. Benda- benda seperti gagang sapu telah melukai jidatnya. Ia terus memeluk erat wanita tua renta itu. Aku tak tega melihat lumuran darah di keningnya, belum lagi batu- batu yang dilemparkan massa bertambah banyak.

 “Hei, lepaskan saja nenek itu, Dia kan pencuri. Jangan kamu korbankan dirimu" teriakku.

 Mungkin wanita itu memang tak mau mendengar siapa- siapa. Atau mungkin nenek tua itu adalah neneknya. Karena itu Dia begitu melindungi neneknya. Selama 10 menit kejadian dramatis itu berlangsung, tak ada satu pun yang mendekat ke arah wanita dan nenek tua itu. Kecuali batu- batu, atau benda- benda yang terlempar. Sambil sorakan kebencian pada nenek tua itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun