"Ya, itu kan Bang kalau Amminya suka sama Aku. Tapi kan gak mungkin" Jawabku malu- malu.
“Apa sih yang gak mungkin" Ucap Bang Sulaiman datar. Aku terdiam tersipu malu.
Tsania Ammi Zulaika menjadi alasanku mengapa Aku tak menangis malam ini. Bahkan malam ini Aku tak mengingat apa-apa dalam hidupku. Kecuali hanya mengingat saat-saatku dengan Ammi. Wanita itu bagaikan mawar yang tumbuh di lahan gersang. Aku mengenalnya satu bulan lalu, saat Dia menjadi moderator acara kajian di salah satu ukm kampusku. Di acara kajian itu, Bang Sulaiman yang juga adalah senior wanita itu memintaku menjadi qori.
Saat acara pengajian itu selesai, wanita itu memanggilku.
“ Fuad” Ucapnya.
Aku tak menoleh, meski Aku tahu itu nama depanku. Tapi, sampai hari ini belum ada yang memanggilku dengan sebutan Fuad. Aku berjalan menuju Bang Sulaiman. Wanita itu ternyata mengikutiku.
“Fuad, maaf kalau suaraku membuat kuping Kamu panas. Tapi, Aku mau ngasih tahu kalau ustadz pemateri kita tadi memberikan ini padamu.” Ucapnya memberi selembar kertas. Kertas itu, Bertuliskan Undangan Keberangkatan Haji.
“Mi, Kamu kenal sama Fani?
"Fani siapa?"
"Dia" Bang Sulaiman menunjukku.
"Dia kan Fuad" Kata perempuan itu.