Kamu tahu, selama tiga tahun ini dalam setiap tahun ketika idul fitri dan idul adha Aku selalu meneteskan air mata. Merindukan suara Tina yang lembut, Ingin membelai rambut adikku Rian yang baik hati. Sekarang mereka sudah lulus SMA, dan mereka kuliah di Universitas Jambi.
Aku benar- benar rindu pada belaian Ibuku, rindu akan nasehatnya, rindu akan semua hal dari Ibuku. Namun, malam ini memang agak aneh. Kalau dalam 2 tahun terahir setiap idul adha atau idul fitri. Aku selalu menangis merindukan keluargaku. Tapi malam ini berbeda. Ada sebuah hal yang membuatku begitu gembira malam ini.
"Fan, Kamu ngapain disini?” Ujar Bang Sulaiman padaku. Aku tengah duduk di teras masjid Al-furqon menatap bintang-bintang yang kerlap-kerlip, melihat pancaran sinar bulan yang terang. Merasakan angin malam yang begitu tenang dipadukan dengan gema takbir anak- anak kelurahan Losung.
"Gak ada Bang cuman duduk" Kataku cengar- cengir.
“Yang betul aja, Jangan ngelamun loh. Melamun itu sifat setan" Ucap Bang Sulaiman.
"Iya Bang" Jawabku.
"Oh iya, Ammi katanya mau kesini nemuin Kamu malam ini"
“Mau ngapain Bang?”
“Mana Aku tahu? Melamar kamu kali" Ucap Bang Sulaiman meledek.
“Abang, mana mungkin perempuan melamar laki- laki. Ada- ada saja Abang ini" Jawabku tersipu malu.
“Mana tahu kan, apalagi Ammi kan perempuan yang berani. Bisa aja Dia menyampaikan suara hatinya tanpa rasa malu" Sambung Bang Sulaiman lagi.