Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Aku bersama Koper Berisi Mayat Emi Salide

9 April 2023   22:12 Diperbarui: 10 April 2023   21:01 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: pixabay.com 

Sangking fantastis hilangnya pacarku ini membuat para pakar banyak diundang untuk membicarakan berbagai kemungkinan hilangnya wanita ini.

Seolah-olah Emi Salide milik semua orang yang hilang entah kemana, atau memang sebenarnya dia milik semua orang yang telah lama hilang?.

Nah, waktunya aku ceritakan ke kalian bagaimana aku membunuh si cantik ini. Bagaimana dia bisa masuk ke dalam koper yang ku bawa dalam perjalanan Semarang-Surabaya ini. 

Awalnya aku si budak korporat muda ini ditekan oleh berbagai kebutuhan yang membuatku stress bukan kepalang. 

Teman-temanku menyarankan aku untuk membunuh pacarku agar aku tidak terlalu stres, mereka telah lama mengubur pacar mereka dan memulai hidup baru bermandikan kehidupan korporasi.

Awalnya aku tidak mau mendengarkan saran mereka. Emi Salide sudah bersamaku sejak aku duduk dibangku sekolah hingga kuliah. Kita selalu bersama memimpikan kehidupan dan cita-cita.

Namun saat aku mulai kalap dengan pekerjaan, aku menghantam kepalanya dengan tumpukan kertas tagihan dan kerjaanku yang dikejar deadline. 

Aku hantam dia karena sejak tadi dia menyerocos tanpa henti tentang cita-cita kita berdua saat aku kesulitan membayar tagihan ini itu dan kerjaan dari atasan kejam yang menumpahkan semua tugasnya padaku, si bawahannya yang hina ini.

Entah mengapa Emi langsung terkapar tidak sadarkan diri dan saat kuperiksa denyut nadinya, dia sudah tewas. Aku menyesal membunuhnya dan bingung ingin melakukan apa.

Menguburnya di halaman belakang kontrakan atau kutunggu dia hidup kembali. Lantas kumasukan saja tubuh mungilnya dalam koper ini dan kubawa ke surabaya. 

Ilustrasi. Sumber: pixabay.com 
Ilustrasi. Sumber: pixabay.com 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun