“Kurasa tidak, biar bagaimana pun kawanan Beru tidak akan pernah membunuh temannya sendiri.”
“Mengapa kau seyakin itu?”
“Contohnya saja C, mereka sangat membenci kejahilannya. Namun setelah ia keracunan rubah dan mati, mereka menguburkannya dengan sangat baik dan diiringi oleh deraian air mata.”
Milos mengangguk tanda mengerti, ia melengak ke arah awan yang semakin dekat. “Apakah kita akan berjumpa lagi?” Suara Milos terdengar penuh harap.
“Entahlah, dunia itu sangat luas.”
“Siapa namamu sebenarnya. Aku yakin namamu tidak hanya Z kan?”
Z tersenyum. Namun belum sempat menjawab, tubuh mereka sudah tenggelam ke dalam awan, lalu terlempar ke dalam cahaya.
~~~
Milos terbangun ketika mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. Ia perlahan menuju jendela. Hari itu hari minggu. Ayahnya sedang memotong rumput halaman sedangkan Ibunya menata kebun bunga kecil yang ada di pojok halaman depan.
Milos turun berlari, keluar menghampiri ke-2 orang tuanya, dipeluknya Ibunya tiba-tiba sambil berbisik. “Maafkan Milos ya Bu.” Diciumnya pipi Ibunya, lalu ia beralih pada Ayahnya. “Milos minta maaf ya Yah.” Ucapnya lagi.
Ke-2 orang tuanya heran dengan tingkah Milos. Dalam hati Milos bersyukur memiliki orang tua yang lengkap, dan ia pun sadar ternyata hidupnya jauh lebih bahagia dari kebanyakan orang yang pernah dijumpainya. Senyumnya bagai pelangi setelah hujan turun deras.